Luka menghela napas dalam-dalam, namun sejatinya ini ia lakukan demi meredakan detak jantungnya yang semakin tidak terkendali. Lebih-lebih bila ia kembali memandang wajah bak rembulan penuh itu.
Untuk beberapa saat, detik demi detik berlalu begitu saja dalam keheningan. Tidak satu pun dari kedua muda-mudi tersebut yang bersuara. Dua pandangan sama menjelajahi luasnya lautan semesta yang hitam gelap bagai selimut tebal yang tidak memiliki celah untuk cahaya yang lebih besar bisa menembusnya.
Dan Luka semakin salah tingkah, ia tidak tahu harus bagaimana lagi mengungkapkan perasaannya pada Ely. Sementara gadis itu tetap saja asyik dengan dunianya sendiri, senandung lirih yang tak jelas liriknya selalu terdengar di telinga Luka. Dan itu seakan membuat dinding tak kasatmata di antara keduanya.
Ia raih lagi botol minuman itu, mereguk lagi isinya demi dapat menghilangkan sedikit ketegangan di dalam diri.