Setelah minum obat, Ajisatra membawa tombak yang dicat merah dan bergegas menuju Renggala. Bilah cahaya pada tombak yang dicat merah tidak kuat, tetapi Renggala terluka parah dan tidak bisa menghadapinya.
"Mundur!" Renggala berteriak dengan keras dan berbalik dan pergi.
Ajisatra mengejarnya beberapa ratus meter, dan tampaknya karena tenaga kuda dan selibat, dia dengan enggan melemparkan lukisan merah dengan tombak ke tanah.
Para prajurit di sebelahnya, dipimpin oleh Ajisatra, memiliki kemenangan moral yang besar. Ketika mereka hendak mengejar dan membunuh Renggala, Ajisatra berdiri di atas kudanya, lalu berbalik dan berlari ke arah putaran Garda Pati, tetapi dia tidak berjalan beberapa ratus meter. Darah muncrat, dan wajah berdarah menjadi pucat dalam sekejap, dan luka yang hampir tidak tertahan oleh tekanan udara internal sebelum meluap dengan darah lagi.
