"Aku berjanji padamu!".-Ujar Pawata kemudian melangkah.
Sementara Fudin hanya terdiam, menatap pundak Pawata yang disinari cahaya bulan. Sikap dan keteguhan hati Pawata dalam mengupayakan perdamaian membuatnya takjub, sehingga harapan perdamaian yang selama ini terkubur di relung hatinya kembali tergugah. "Pawata, ya!"-Ucap Fudin dalam Hati.
Kemudian tatapan Fudin berpindah ke pundak Kacong yang telihat sama. "Cahaya rembulan, Ya? Harapan!".
"Ayo pergi!".-Titah Kacong padanya.
"Ya!".
***
Pagi merekah. Cahaya harapan membentang Jauh, menembus sampai ke tiap sudut ruangan gelap istana.
Pagi Dwi murti masih sama, kelabu dendam yang ada harus ditunaikan.
Berdiri di balkon, menatap hamparan wilayah kuasa. Rencana besar telah tersusun di kepala. Dengan dendam yang tersisa, Dwi murti tersenyum menatap Jingga pada wajah matahari . "Waktunya telah tiba!".
Semua pasukan pengawal telah disiapkan.
menggenakan Baju khas VONGGI, membuat Dwi Murti terlihat sangat mempesona.