Chereads / Pangeran Kecil dan seekor Kunang-kunang / Chapter 32 - 32 Pengkhianatan

Chapter 32 - 32 Pengkhianatan

-Istana Kerajaan VONGGI-

Duduk di Takhta.

"Semua Tim medis sudah berangkat!

Ku perintahkan Shapira yang memimpin mereka!".-Terang Kolo.

"Sekarang apa rencanamu?".

"Bersiaplah!

Kita akan pergi ke medan perang menyaksikan pertarungan mereka!".

Oh iya, Apa kau melihat Ojo?".

"Sedari tadi aku tak melihat!

Hmm, Apa kau berencana akan membawa Ben?".

"Ya!

Aku ingin dia menemanimu untuk mengawalku!".-Tandas Dwi Murti.

"Hmm. Sebaiknya, biarkan ia tetap berada disini. Di sana terlalu bahaya untuknya!".

Kolo pun bangkit seraya menautkan kedua tangannya di dada.

Tambahnya.

"Seperti di Semenanjung Selatan!

Aku yakin, saat ini Gora telah menyusun Rencana.

Apalagi kau tahu, saat ini Gora adalah pemimpin Kelompok Oposisi Eksternal TAIPA MADIKA. Aku pun yakin saat ini ia beraliansi dengan Babon".

"Hmmm. Aku juga telah pertimbangkan hal itu. Namun, bagiku akan jauh lebih aman jika Ben terus bersama kita.

Bukankah begitu, Kolo?".

"Baikalah, Jika itu keputusanmu!".

"Ya. Mulai saat ini juga, kita Rahasiakan Identitasnya!".-Titah Dwi Murti.

"Baiklah!

Aku mengerti!".

***

Di bawah Pohon perkasa, merebah lelah di selimuti dinginnya belantara.

Desir angin menyisip gelisah, membuka mata yang tengah terpejam.

Kobaran Api Unggun diawal malam telah menyisahkah bara.

Terjaga di ujung malam, Regita pun tertegun menatap Ribusah yang sedang duduk mematung.

Tatapannya tak lepas dari Bara itu.

Duduk seraya mengusap kantuk.

"Hmm. Ahkhirnya kau bangun juga!".

Sahutnya Regita dengan bergumam.

Regita pun bangkit kemudian duduk di sisi kiri Ribusah.

"Hmm. Udaranya benar-benar dingin!".

"Ya. Menunggumu terjaga, Rasanya badanku ingin membeku!".

"Hmmm".

Regita pun mengosokan Kedua talapak Tangannya kemudian mendekap kedua lututnya dengan sangat rapat.

"Sebentar lagi mentari merekah!

Tunggulah disini!

Aku akan pergi mencari kayu bakar!".-Seru Ribusah Seraya bangkit.

"Baiklah, Jangan jauh-jauh!".

"Ya!".

***

-Markas KUNEON-

Mamakai jubah hitam dan mengenakan Topeng berwarna Putih. Saat ini Semua anggota telah berbaris siaga, sedang menunggu kehadiran Pawata.

Di koridor melangkah didampingi Bobo dan Tiga lelaki Berjubah Hitam.

Saat menginjakkan Kaki pada anak tangga terakhir, Bobo pun memasang pandangannya pada deretan barisan, mencari kehadiran Ribusah.

"Apakah Ribusah sudah kembali?".

Langkah mereka pun terhenti tepat depan barisan.

Berdiri Kukuh, kemudian mengang tinjun nya kelangit.

"KUNEON!".-Seru Pawata Dengan Lantang.

"KUNEON!".-Sahut seluruh Anggota.

"Saat ini BAKA telah menyerang TAIPA MADIKA dengan cara membabi buta!

Tugas kita masih sama, melawan para Durjana!

Keadilan Menyeru!

Suaranya menggema menggetarkan hati sejatinya GALARA. Tekad kita masih sama, membara. Untuk satu tujuan, Dunia tanpa Penidasan!

Kita akan menjadi bagian dalam perang ini.

Setelah selesai mengevakuasi Penduduk Desa, kita akan bertarung Bersama di Garis Depan!".-Agitasinya.

--

Saat melewati pintu utama.

Pawata pun menghentikan langkahnya. Mendongak menatap kelamnya langit-langit belantara.

"Sebentar lagi fajar merekah!

Baiklah. Kita Berangkat!".-Titah Pawata.

Berlari melewati Semak belukar.

Tatapan Liarnya masih terjaga.

Bobo menetap satu persatu Anggota KUNEON yang sedang berlari.

"Semua orang terlihat Sama!

Apakah Ribusah ada di antara mereka?".-Ucap dalam hati.

Tiba-tiba Salah Satu Anggota di ujung Barisan berseru.

"Bobo!".

"Hmm. Rata?".

Bobo pun mencepatkan langkahnya mendekati Rata.

"Rata. Apakah Ribusah sudah kembali?".

"Bobo!

Meski aku telah merubah perangaiku, kau masih juga mengenalku ya?".-Sahut Rata dengan Kagum.

"Apa kau tak menyadarinya?

Topeng kalian bertiga berbeda!

Hmmm. Aku senang melihat Tim 'POPATE' berkumpul dan bertarung bersamaku di garis depan!".-Tambahnya.

Sahut Saba dengan bergumam.

"Hmmm".

"Oh ia. Apakah Ribusah sudah kembali?".

"Belum!

Semoga saja informasi ini sampai ke telinganya!".

"Ya. Aku pun berhadap demikian!".-Tutup Bobo.

--

Memimpin barisan, berlari seraya menatap Tiga Kloning yang berada di Sisinya.

Pawata pun membatin.

"Semoga Tiga Mesin Pembunuh ini, sama seperti Tim POPATE!".

***

Fajar menyingsing, menyingkap separuh Gelisah.

Saat ini Regita masih duduk di tempat yang sama.

"Kemana Ribusah?

Apa ia baik-baik saja?".

Menegadah menatap temaram bayang-bayang pepohonan.

"Rasanya Sudah sejam berlalu. Tapi Ribusah belum datang juga.

Kemana dia?".

Regita pun bangkit dengan Cemas. Ia pun memutuskan meniti jalan yang telah dilalui Ribusah.

"Ribusah!".

"Ribusah!".-Serunya.

***

-Medan Perang-

Riak-Riak pasukan mengisi segala sisi. Suara menggema, mendongkak seraya menggenggam pedang.

Terlihat Ratojeng dan Nebot sedang bertarung di barisan Depan.

Tangsis menangkis serangan. Ribuan Prajurit sedang beradu kekuatan.

--

Menyeruak. Tangan terpaut di Dada, Berdiri sebuah di gundukan tanah. Jubah Perang terbuai angin kebencian saat Babon melihat Ratojeng menebaskan pedangnya kepada tiga Prajuritnya.

"Akhirnya kau muncul Juga Ratojeng!".

Babon pun mengunuskan pedangnya kemudian melangkah kearah Ratojeng.

Menggenggam pedang, Tiga sosok prajurit BAKA kembali menyabetkan pedang kepada Ratojeng.

"Yaaa!".

Dengan begitu santainya Ratojeng menangkis Tiga serangan bersamaan itu.

--

Di tempat yang Sama, Jeprus menatap Jeko dengan wajah bengisnya.

Jeprus pun berlari kemudian menyerang Jeko dengan sebuah kekuatan pedangnya.

"Yaaaa"-Teriaknya seraya menebaskan pedangnya.

Jeko pun menangkisnya kemudian mendendang dadanya sehingga Jeprus terhempas kembali pada posisinya semula.

"Hmm. Jeko. Akhirnya kita berjumpa lagi!".

"Ya. Apa kabar pengecut!".-Seru Jeko seraya menegakan pijakannya.

Ucapan itu membuat Jeprus sangat Gusar. Tanpa menunggu lama, Jeprus pun kembali memberi serangannya.

Berdentam, saling menangkis sabetan. Saat ini dua kebencian sedang beradu kekuatan pedang.

***

"Dimana si Brengsek itu?".-Batinnya.

Ratojeng pun Melangkah, matanya liar mencari keberadaan Babon.

Seketika langkahnya terhenti ketika menatap Babon yang sedang melangkah ke arahnya.

"Babon. Akhirnya kau menampakan diri juga!".

***

-Belantara-

Di jalan setapak, berlari memimpin pasukan.

"Sando. Apa kah kau yakin Tiga Mesin Pembunuh Ciptaanmu itu akan baik-baik saja?".

Sahut Sando dengan bergumam.

"Hmm!".

"Bagaimana jika proses ekstraksinya Gagal?

Aku khawatir mereka tak bisa mengendalikan kekuatan itu dan melukai semua orang!".

"Hmm. Kau tak perlu khawatir!

Aku sudah menyuntikan Sel pengendali pada mereka!".-Terang Sando.

"Apakah kau yakin Sel Pengendali itu akan bekerja?".

"Kita lihat saja dulu!

Kita tak tahu jika tak mencobanya kan?

Lagi pula hasil dari tes Ekstraksinya juga belum keluar!".

"Baiklah. Semua ku percayakan Padamu!".-Tutup Sun.

***

Dengan sebuah gerakan tangkas, Jeko merunduk menghindari Tebasan pedang dari Jeprus.

Jeko pun memanfaatkan Celah itu dan menendang perut sisi Kiri Jeprus dengan penuh kekuatan.

Jeprus pun terpelanting jauh seraya terguling-guling.

"Sial".

***

Tak di sangka-sangka, sebuah serangan pedang mengenai purut sisi kirinya.

Saat Ratojeng memegang bekas Sabetan itu tiba-tiba sebuah tendagan keras melekat tepat di belakangnya, sehingga membuat Ratojeng terpelanting jauh.

"Sial!".

Saat Ratojeng Bangkit, Ia benar-benar terkejut melihat sosok Nebot dan Bute tengah berdiri di sisi Babon.

Ratojeng pun bangkit dan mengeratkan kembali genggaman pada pedangnya.

"Hmm. Aku tak menyangka ternyata kalian berdua mengkhianatiku!".

"Hmm. Kau salah Ratojeng!

Kami tak mengkhianati mu!".-Sahut Nebot dengan tandas.

Babon pun Melangkah. Seraya berkata.

"Inilah akibatnya jika kau berani menentangku!".