"Kamarathy!".-Batin Ribusah
Tanah gersang, Pohon dan batu-batu perkasa. Kicau burung di ranting kering menyisakan Balada.
Sungai melekuk tanpa suara. Semua berseru Durjana.
Di Tepi jurang, tertegun menatap kosong. Cangkang bilisi terbuka.
Bisikan nestapa sekata lagi akan sempurna. Saat Ribusah kan melangkah, Jiwa dari kekuatan kutukan yang telah ditanamkan padanya keluar menggenggam tangannya.
"Hey bocah!
Apa kau ingin Bunuh Diri?".
Seketi Ribusah tersadar, kumudian membuka kedua matanya.
"Siapa kau?".
Tiba-tiba Genggaman itu mengalirkan warna, melewati jari jemari, menutup Cangkang Bilisi yang sedang terbuka.
Seketika tanda di tangan Ribusah mengelurkan cahaya, kemudian menyebar.
Kali ini Nampak berbeda, garis di sekujur tubuhmya bertambah Satu Warna.
Ribusah bertekuk menahan sakit karena besarnya kekuatan yang saat ini bangkit di tubuhnya.
"Aku adalah KALOA, Wujud Dari kutukan yang di tanamkan Padamu!
Kini waktunya tiba!
Mulai saat ini kekuatanku akan bangkit di Tubuhmu!".
Sosok bayangan hitam itu pun menghilang.
Dua tanda itu pun perlahan kembali seperti semula. Tampak berubah, saat ini Dua Simbol telah menetap di tubuh Ribusah.
Simbol Vula di lengan kiri.
(Simbol berbentuk bulat berwarna Putih)
Simbol Kaloa Tepat berada dahinya.
(Simbol garis tiga hitam berjumlah Tiga)
Ribusah pun bangkit dengan penuh kesadaran, Kemudian terkejut saat ia menyadari sedang berada di tepi jurang fatamorgana.
"Apa yang sedang terjadi padaku?".-Ucap Ribusah Seraya menatap Simbol di lengannya.
***
Duka bahagia telah menyatu, tak terkata serasa semesta seketika membesar.
Penuh emosi, Sadari pilihan lalu saat kasih redam amarah membuat kelam kembali berwarna. Sesal, hanya itu yang terisa.
Pagi beku dalam dekapan halimun,
Berdiri di antara bayang dunia.
Perlahan langit berwarna jingga.
Kicau burung jauh menyebar, sebelum cahaya tiba menembus sela-sela dedaunan, menyingkap gelap, keringkan embun semalam.
"Aroma kehidupan!
musim semi kali ini berbeda!
Syahdu, sebab hanya dengan begitu kita dapat menyatu. Harapan, nafas kehidupan, seperti rindu yang selalu menagih janji bertemu".
Kejadian itu menyimpan tanya.
Ribusah pun melanjutkan langkah, Tebar warna sepanjang jalan nestapa, sampai ke tepi belantara.
Jalan keluar.
Ribusah pun putuskan tinggalkan belantara.
***
-Kerajaan TASISARO-
Di sebuah BARUGA (Tempat pertemuan)
Dua Pememimpin kerajaan sedang duduk bernegosiasi.
"Berdasarkan perjanjian Bilateral.
Tahun ini giliran kami yang akan mengurus seluruh perencanaan penjualan!
Sebelum kami memulainya Apakah ada Usulan dari kalian?".-Ucap Alex.
"Aku tak setuju!".-Ucap Dwi seraya bangkit dari tempat duduknya.
Dwi murti pun pergi meinggalkan Baruga.
Alex pun bangkit dan menatap tajam Dwi Murti.
"Dwi Murti!
Kau mau menentangku ya?
Hmmm, Baiklah!".
***
-Baruga Kerajaan VONGGI-
Duduk Melingkar di sebuah meja bundar.
mengatur Rencana bersama Para penasihat kerajaan.
"Pikirkanlah baik-baik konsekuensi dari keputusanmu itu!
Melangar penjanjian itu sama dengan Mengkhianati para pemimpin terdahulu kita!"- Ucap Todas (Penasihat Raja Kerajaan Vonggi).
"Aku tak peduli!
Wilayah semenajung selatan adalah tanah milik kita!
Saat ini aku hanya ingin mengembalikan kehormatan Kerajaan!".
"Mulai saat ini, aku akan rebut kembali Milik kita!
Kita tunjukan pada mereka kekuatan Vonggi yang sebenarnya!".-Ucap Dwi Murti sambil meninggalkan meja pertemuan.
Duduk di takhta.
Tiba-tiba Ojo datang membawa sepucuk Surat.
"Tabe (permisi)".-Ucap Ojo seraya menyodorkan Surat pada Dwi Murti.
"Alex, kau benar-benar meremahkan aku ya!".-Ucap Dwi Murti penuh Amarah.
"Kolo, Siapkan pasukan!
Kita akan perangi Alex si sialan itu!".
"Baik!".
***
Di Sebuah jalan. Berdiri menatap wajah asing yang sedang lalu-lalang memaksa Ribusah kembali hadirkan ingatan silamnya.
Semua berubah begitu cepat, merasa asing di tempat tanpa gelagat.
Saat ini hanya sederet Rumah tua tanpa pintu tertinggal dalam ingatannya.
"Akhirnya aku berhasil keluar dari belantara itu!"
Tiba-tiba Suara Riuh terdengar.
Ribusah pun menoleh, kemudian menatap kereta dan Rombongan prajurit sedang menuju kearahnya.
Terlihat semua orang disepanjang jalan itu menepi sambil menundukan kepala untuk melakukan penghormatan.
Ribusah pun ikut menepi.
Kereta dan Rombongan pasukan semakin mendekat.
Saat berpapasan, Ribusah menatap Dwi murti yang duduk berpangku kaki dalam kereta itu.
Ingatan silam hadir kembali bersma Rasa trauma.
Ribusah berlari sekencang-kencangnya meninggalkan jalan itu.
Di sebuah Rumah yang tak berpenghuni.
Ribusah bergulat dengan ingatan itu. Ingatan yang selalu menyiksanya.
Ingatan tentang pengkhianatan dan kekejaman Dwi Murti.
Gelisah, dalam lelap.
Bayang-bayang kelam datang menghantuinya.
Terjaga ujung malam.
Dendam silam yang sudah terkubur akhirnya kembali bangkit bersama janji Ribuyah.
**
Matahari merekah, Menghapus keresahan semalam.
Pagi ini Ribusah berniat memulai langkah, dengan secerca harapan.
"Bertemu Ribuyah".
Hampir semua orang yang di temuinya ditanyakan tentang keberadaan Ribuyah, namun tak ada satu pun dapat memberi Petunjuk.
Terus melangkah, mengikuti kata hati. Hampir semua penjuru telah didatanginya, namun tak jua bertemu.
Riuh rendah disetiap jalan fatamorgana. Saat itu semua manusia terlihat sama serakah, layaknya bunga tanpa warna.
Terus melangkah menggenggam Asa. Ribusah terperangah Menatap riang burung-burung camar yang sedang menari di atas Horizon.
Senja, Ribusah berdiri di batas cahaya.
"Indah sekejap, semua berubah menjadi hamparan kekelaman. Kejam!".
Malam kembali merayu, karam bersama di lautan amarah.
"Kali ini ku tak mau tertipu muslihatmu!".
Melangkah gontai, Ribusah masih bertahan.
Jalan kelam. Ribusah menatap lubang-lubang Samsara.
"Semua jalan menjadi kelam.
Tanpa Cahaya, semua yang akan menempuh jalan itu akan terjatuh".
Maksud hati tak sampai.
Lelah melangkah diantara bayangan durjana.
"Benar apa kata Ranggo!
VONGGI benar-benar telah berubah!".
***
-Tepi Hutan belantara-
Ribusah memutuskan kembali ke belantara. Menggenggam Janjinya pada Ribuyah.
"Aku pasti bisa!".
Kata itu terus diucapkan dengan Nada keraguan.
***
-Kerajaan TASISARO-
"Kita adalah Bangsa yang kuat!
Bangsa Penakluk Ombak samudra!
Sejak dahulu, tak ada satu pun kerajaan yang mampu menaklukan kita, begitu pun hari ini!
Jika mereka menyatakan perang, ayo! Mari kita berperang!".-Ucap Alex dengan lantang.
Berbatasan dengan Kerajaan Vonggi. Kerajaan Tasisaro terletak di semenanjung Timur tanah KALEDO. Karena Kekayaan Bahari nya membuat Kerajaan ini menjadi incaran beberapa kerajaan lainnya.
***
-Markas Kuneon-
Terseok melangkah, berlumur darah.
Di sekujur tubuhnya di penuh luka sayatan.
Saba dan Regita pun terkejut melihat kondisi Evu.
"Evu apa kau baik-baik saja".
"Dimana Pawata?".
"Alex telah membunuh Pawata!".
***
Di sebuah menara, berdiri memandang ke arah Wilayah selatan. Sejak dahulu wilayah itu menjadi perebutan Antara kerajaan Vonggi dan kerajaan Tasisaro. Namun, Sejak disahkan perjanjian Damai silam, wilayah itu pun disepakati menjadi milik bersama.
Di dampingi Dua pengawalnya, Alex terus mengamati pergerakan musuh. Adalah Reaksi dari sepucuk Surat yang ia kirimkan Pada Dwi Murti.
Di pimpin Raja Alex Kerajaan TASISARO menjadi salah satu kerajaan terbesar.
"Akhirnya mereka Tiba!".-Ucap Alex Seraya melangkah.
"Kacong, kau yang akan memimpin Pasukan TOPOMEKA!
Njodi akan Bersamaku bertarung digaris depan!".-Ucap Alex Seraya menungganggi Kuda miliknya.
Bendera perang telah dikibarkan.
Memakai baju Zirah, menunggangi kuda hitamnya.
Terlihat Panglima Fudin berada dibarisan depan.
Ribuan prajurit telah Siaga, menunggu Kedatangan Pasukan Dwi Murti.
***
-Markas KALIKIT-
"Saat ini Dwi Murti sedang di perjalanan bersama Ribuan Galara nya.
Sekarang pergilah!
Amati Keadaan!".-Titah Gora
"Baik!".- Ucap Kempi dan Tonggu serentak.