Chereads / Kado Natal Untuk Aku dan Anakku / Chapter 10 - TANGGAL PERNIKAHAN

Chapter 10 - TANGGAL PERNIKAHAN

Sejak malam itu, esoknya Rama meminta Riga berhenti bekerja dan memasukkan satu wanita sebagai karyawan pengganti Riga. Mereka berdua semakin sibuk pendekatan dan mempersiapkan pernikahan. Tak ada hambatan dalam persiapan sebelum bertemu calon mertua, karena Mamanya Rama langsung setuju dengan hubungan Rama dan Riga tanpa harus bertemu dahulu. Entah apa yang sudah dikatan Rama kepada Mama tercintanya, hingga dengan mudah restu didapat oleh Riga.

Padahal jika dilihat dari segi manapun, Rama bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari segi apapun, selain Riga. Entah fisiknya, pendidikan, latar belakang, finansial, dan lainnya. Karena jika disandingkan dari apapun, Riga dan Rama sangatlah berbanding terbalik. Rumah Riga yang sederhana, berbanding terbalik dengan rumah Rama yang mewah bertingkah dua. Halaman rumahnya luas, dengan taman besar yang asri, ada kolam air mancur di tengahnya, dan ada parkiran mobil yang cukup menampung tiga mobil milik Rama dan Mama. Dari segi pendidikan pun juga jauh. Riga hanyalah lulusan SMA, sedangkan Rama lulusan S2. Segalanya memang serba berlawanan. Namun, bagi Rama dan Mama itu bukanlah suatu masalah.

Rumah mewah dan megah bercat putih dominasi warna emas ini memiliki interior yang terlihat klasik dengan perabotan mewah di dalamnya. Tidak Riga temukan kipas angin sejauh mata memandang. Bahkan ruang tamunya pun memakai AC. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Rama ada tiga, dengan satu supir, dan satu pengurus kebun. Semuanya sangat ramah kepada Riga dan menyambutnya bak ratu. Secangkir teh hangat dengan beberapa kue yang nampak lezat tersaji di atas meja yang ada di ruang tamu. Riga sempat mencicipi setelah dipersilahkan Mama, dan juga menyeruput teh nikmat yang sangat hangat.

Riga nampak kikuk. Duduknya tidak begitu tenang dan wajahnya terlihat cemas. Bukan karena keadaan tidak mengenakan, namun justru menyenangkan dan membahagiakan seharusnya. Karena hari ini Rama mengajak Riga ke rumahnya untuk bertemu dengan Mamanya Rama. Mengenalkan sekaligus membicarakan tentang pernikahan sesuai permintaan Mamanya Rama.

Di ruang tamu ber-AC seharusnya Riga tidak keringetan. Tapi karena kecanggungan yang benar-benar dia rasakan, membuat dahinya berkeringat dan Riga bisa merasakan keringat mengalir dari punggungnya dan mengalir turun ke pinggang. Mama Rama nampak tersenyum menatap Riga. Pembawaannya lebih rileks daripada Riga. Sementara Rama menerima panggilan telpon diluar yang masuk ke telpon genggamnya. Beberapa menit kemudian, Rama masuk lagi ke dalam rumah. Ikut duduk di sofa ruang tamu, bersampingan dengan Riga dan berhadapan dengan Mama.

"Jadi gimana, Ma?" tanya Rama.

"Ya Mama terserah kamu. Mama ikut kamu aja, sayang," ucap Mama. "Selama ini setiap keputusan yang kamu ambil selalu baik. Apapun itu. Jadi Mama percaya sama semua pilihan kamu, termasuk soal pasangan hidup," lanjut Mama sambil tersenyum. Wajahnya teduh.

Ah... beruntungnya Riga memiliki calon mertua seperti ini. Tidak memusingkan latar belakangnya meskipun Rama sudah menceritakan semuanya. Termasuk tentang adanya Ana dalam kehidupan Riga. Mama pun juga sudah mengetahui cerita tentang kematian Isam.

"Dengar, Nak Riga... Mama ngga mempermasalahkan latar belakangmu. Kamu gadis atau janda. Sudah menikah atau belum. Finansialmu bagaimana. Pendidikanmu bagaimana. Selama masih bisa diubah, itu ngga masalah. Kalau misalnya kamu mau menjajaki dunia perkuliahan, ya ngga papa. Atau nanti kamu mau kerja kembali? Silahkan. Asal dengan persetujuan calon suamimu. Mama selalu yakin sama keputusan anak semata wayang Mama, Priam Rama, makanya Mama ngga ragu dan ngg memusingkan soal dia memilih pasangan hidup. Rama juga udah cerita ke Mama tempo hari soal bagaimana kamu mendidik anakmu dan bagaimana sikap anakmu. Mama menilai itu bagus dan kamu memang layak bersanding dengan Rama. Karena kamu sudah bisa mengimbangi Rama dan sudah ada ilmu dalam mendidik anak. Ngga usah dengerin apa kata orang dan jangan pikirkan hal yang membuatmu sedih. Lihat dan nikmati apa yang membuatmu bahagia," Mama memberi nasihat yang memberi ketenangan pada Riga setelah Riga mengungkapkan rasa mindernya tadi.

"Jadi, Mam... Mama setuju aku nikah sama Riga?" tanya Rama memastikan.

Mama tersenyum memandang Rama dan Riga bergantian. "Tentu," jawab Mama yang langsung disambut senyum bahagia Rama dan Riga. "Jadi kapan Mamam bisa bertemu sama keluarganya Riga? Terutama calon besan Mama dan cucu Mama?" tanya Mama antusias.

"Besok, Ma. Sekalian ketemu sama orang Wedding Organizernya untuk acara pernikahan aku sama Riga," jelas Rama.

Mama tersenyum lega. "Baguslah, Nak. Makin cepat makin baik. Toh usiamu juga sudah kepala tiga," seloroh Mama yang langsung disambut cengiran dari Rama.

"Terima kasih banyak, tante... sudah..."

"Eh, kok tante sih? Mama. Kan kamu sebentar lagi jadi menantunya Mama," ucap Mama. Mama mengelus punggung atas tangan Riga. Meyakinkan bahwa Riga memang disambut baik dan diterima baik disana.

"I... Iya, Ma," ulang Riga. "Terima kasih banya," sambungnya dan Mama memeluknya dengan hangat.