Selamat pagi sayang, Jangan lupa ngopi dan sarapan
Karena sarapan lebih sehat dari pada harapan
~●~♡~●~
Bau kopi yang baru diseduh memenuhi penciuman Jeje ketika Mario menyodorkan gelas yang masih mengepul di depan wajahnya.
"Gue buatin elo kopi nih." Kata Mario cengengesan.
Jeje menyipit memandang malas pada Rio. "Apaan elo pagi-pagi ngasi gue kopi?"
Mario tersenyum lebar memandang Jeje yang pura-pura sibuk membereskan meja kerjanya. Lelaki itu dengan sabar menunggu Jeje menyimpan tas dan menghidupkan laptop, padahal baik Jeje ataupun Rio tau tidak ada yang akan gadis itu lakukan pagi-pagi begini.
"Mau kagak?"
Jeje melengos. "Enggak."
"Uda dong, jangan ngambek mulu." Rio cengengesan sambil menyeruput gelas kopinya sendiri. "Gue kan ga sengaja, Je."
Jeje diam saja. Gadis itu membuka email dan pura-pura mencari email yang perlu dibalas. Sebenarnya Jeje sudah tidak kuat lagi dengan godaan kopi yang di sodorkan Marimar dengan penuh rayuan itu, apalagi ditambah suara seruputan dari bibir Rio yang sengaja dilakukan lelaki itu untuk menjahili Jeje. Tapi Jeje tetap bertahan.
"Tapi setelah bisul elo pecah malah bikin lega kan, Je."
Mario buru-buru melanjutkan ketika mata Jeje menyipit memandangnya penuh ketidaksukaan. "Oiya, maksud gue jerawat. Lupa gue kalo itu bukan bisul."
"Pergi elo jauh-jauh." Jeje melirik Mario. "Elo tu pembawa bencana."
Mario terkekeh. "Jadi permintaan maaf gue gak diterima nih?"
"Enggak."
"Gitu amat sih elo, Je."
Jeje melirik Mario lagi, lelaki itu tetap bertahan berdiri menyandar disebelah meja Jeje sambil membawa dua gelas kopi. Rio memandangi jeje sambil tersenyum-senyum.
"Elo tu kalau marah gemesin lo." Katanya.
Jeje memilih diam saja sambil melanjutkan ketikannya di laptop. "Kalo gak ada keperluan apa-apa pergi sana. Jangan deket-deket gue. Elo bawa sial."
Mario kembali meyodorkan gelas kopi ditangan kirinya didepan hidung Jeje. "Ngopi dulu dong Je, rajin amat pagi-pagi uda kerja elo."
"Gak mau gue." Jawab Jeje jutek. "Kali aja uda elo campur bulu ketek."
"Astaghfirulloh neng." Rio tertawa geli. "Emang gue ada tampang jorok gitu apa?"
"Elo dan tampang elo itu gak bisa dipercaya." Jeje menyipit memandang Rio. "Hus, Pergi sana."
Rio dan jeje menoleh karena suara sepatu hak berkeletak memasuki ruangan ketika Lisa datang. Gadis itu terlihat cantik dengan atasan putih lengan panjang dan rok pensil warna marun ketat yang membungkus tubuh langsingnya dengan sempurna.
Wajah gadis itu bersih dan rapi terpoles make-up natural yang flawless. Rio bersiul melihat tampilan Lisa sambil memperhatikan gadis itu berjalan dengan melenggak-lenggokkan pinggulnya.
"Cantik bener neng Lisa pagi ini." Rio tersenyum memandang Lisa sambil menaik turunkan alisnya. Jeje langsung mengernyit jijik melihat kelakuan genit Rio.
"Emang semalem gue gak cantik?" Balas Lisa dengan sombong.
Rio nyengir memamerkan senyumnya yang paling lebar. "Cantik sih. Tapi hari ini lebih cantik."
"Elo minum kopi sampe dua gelas?" Lisa berkaca sambil mengoleskan lipstik warna nude ke bibirnya.
"Gue lagi ngerayu Jeje pake kopi sih ini." Rio menjawab. "Tapi gak mau dia. Neng Lisa mau?"
Lisa mendengus. "Gue gak minum kopi."
Bulu lentik dimata Rio terbelalak pura-pura kaget mendengar jawaban Lisa. Sebenarnya Mario sudah tau Lisa memang tidak pernah mengkonsumsi kopi, gadis itu tidak doyan dengan cairan pahit yang digilai Jeje mati-matian.
"Sayang banget," Mario mendesah. "Padahal kopi ini enak banget lo. Apalagi masih panas ini. Sepanas cinta akang ke eneng."
"Najis."
Komentar Lisa membuat Rio terbahak-bahak. Setelah puas menertawakan komentar Lisa, Rio berbalik memandang Jeje yang ikut tersenyum diam-diam.
"Elo mau gak?" Wajah lelaki itu bersih dan memerah karena tawa. Bulu mata lentiknya bergerak-gerak ketika lelaki iseng itu tertawa.
Jeje sebenarnya sudah ingin menyambar gelas kopi yang kini diacung-acungkan Marimar didepan wajahnya. Kepala Jeje berdenyut meminta asupan kafein, dan godaan segelas kopi panas yang masih mengepul dan menguarkan bau harum itu benar-benar merusak konsentrasi Jeje. Tapi Jeje masih gengsi.
"Gue kan uda minta maaf, " Rio sekarang duduk di ujung meja Jeje. "Uda mecahin jerawat kesayangan elo. Gue beneran ga sengaja itu lo Je."
"Gue bisa buat kopi sendiri."
"Ya tapi ini spesial dari gue." Rio membujuk. "Ini sengaja gue buat sesuai kesukaan elo Je."
Jeje melirik Mario penuh ketidakpercyaan, dan mario langsung menyambar. "Gue tau kopi kesukaan elo. Pake gula kan? Satu setengah sendok?"
Jeje sudah akan menyerah pada godaan gelas kopi Mario ketika ada ketukan di pintu ruangan Jeje yang terbuka.
"Permisi mbak Jeje." Kata Dimas, Ob dikantor Jeje.
"Ya mas?"
"Duh romantisnya." Mario berkomentar. "Manggilnya mas."
Jeje mengabaikan komentar kurang ajar Rio dan memandang si Ob dengan wajah bertanya. Ditangan lelaki muda berusia 20 tahunan itu kini ada sebuah kotak hitam dengan ikatan pita merah dan emas diatasnya.
"Ada paket buat mbak Jeje."
Jeje mengernyit. "Dari siapa?"
"Gak tau mbak, tadi dianter sama kurir." Dimas menjawab, lalu mengangsurkan kotak hitam itu pada Jeje. "Katanya paket buat mbak jeje."
"Pesenan obat jerawat elo kali." Lisa berkata sambil melingkar-lingkarkan rambutnya ke jari yang diabaikan Jeje.
Seingat Jeje, dia tidak ada memesan apapun. Kotak yang baru diterima Jeje itu merupakan gift box yang dirinya tau buatan tangan. Bobotnya agak berat dan berbunyi ketika Jeje mencoba mengguncangnya dengan lembut. Ada tulisan anggun dan rapi yang dicoretkan diatas kertas putih berenda dengan namanya sebagai penerima.
"Ati-ati lo." Kata Rio. "Kalo isinya bom gimana?"
"Ada yang iseng kali ya sama gue ngirim ginian." Jeje berkata sambil meletakkan gift box-nya di meja.
"Permisi mbak Jeje, mas Rio, mbak Lisa." Dimas si Ob langsung berpamitan ketika ketiga manusia didepannya masih sibuk memandangi kotak Jeje.
"Makasi ya mas Dimas." Rio berkata menjawab Dimas. "Duh romantis banget sama Jeje pagi-pagi gini. Pake bawain kado segala."
"Ada apa sih sama mulut elo?" Lisa memutar bola mata. "Julid amat."
Setelah puas memutar-mutar paket misteriusnya dan tidak menemukan tanda-tanda prank, Jeje meletakkan gift box itu di meja dan membuka pita yang menyegel kotak. Mata jeje berseri ketika kotak itu akhirnya terbuka.
Didepannya kini terhampar cookies berwarna kecoklatan yang disusun dalam toples kaca kecil, beberapa coklat bulat dengan bungkus keemasan, cake yang dimasukkan dlm box mika transparan, sekotak kecil bubuk kopi dan teh siap seduh, gula dan krimer dalam beberapa sachet kertas putih, dan sebuah mug batu warna putih custom yang bertuliskan mine!
"Waw." Rio berdecak.
Jeje melongo dengan isi gift box misterius yang ditujukan untuknya itu.
"Punya penggemar rahasia ternyata elo ya."
Jeje tidak sempat menjawab komentar yang diajukan Lisa penuh kedengkian ataupun mengartikan tampang terpesonanya Rio yang aneh pada box itu. Hp jeje bergetar dan Jeje mengambil smartphone itu hampir tanpa sadar.
Angga, Ast pak Jo :
Uda terima gift box dari aku, Je?
Jeje lita :
Ini dari kamu?
Angga, Ast pak Jo :
Hehe, mudah2an kamu suka ya Je sarapan pake cookies dn cake 😊😊 itu aku yg bake sendiri khusus buat kamu. Jgn lupa sarapan Jeje
Have a good day!
😊😊
*********