Hiruk pikuk Ibu Kota mengisi suasana yang terlihat damai di Kerajaan Oriana. Orang-orang bekerja keras meneteskan begitu banyak keringat dari tubuh mereka, hal itu tentunya dilakukan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari agar bisa tinggal di negeri matahari terbit dengan kekayaan emasnya ini.
Pada setiap sudut di jalanan begitu ramai, Ophelia, seorang puteri bangsawan tengah mengeluarkan kepalanya dari jendela kereta kuda keluarganya, bersama dengan seorang pria, dirinya berjalan-jalan mengelilingi Ibu Kota Kerajaan yang terkenal dengan pertambangan emasnya.
Ophelia menghela napas lega, ia kembali memasukan kepalanya ke dalam kereta kuda, "sungguh senang aku bisa keluar dari neraka," sembari menyibakkan rambut merah kecokelatan miliknya.
Mata tajam berwarna kuning ke-emasan itu melirik gadis yang berada depannya, rambut perak milik pria itu tertiup angin sepoi-sepoi di jalan sana, seolah background dari pria itu di penuhi dengan bunga, "apa maksud Nona pada kalimat 'neraka'?" pria itu lantas bertanya, mata Ophelia terpesona dibuatnya.
Berkedip, "uh, bukan apa-apa. Aku hanya iseng mengatakan itu," Ophelia mengelak dengan kehendak Violet yang ada di dalam jiwanya.
"Mana mungkin aku bilang kalau Taman Mansion milik anak sulung Count Marion seperti neraka di hadapan manusia serigala ini," pikirnya.
Bertanya-tanya, "apakah Nona akan membawaku ke Mansion Duke?"
Membenarkan topi kecil yang terpasang rambut merah kecokelatan milik Ophelia, "Hm... Belum, kita tidak akan ke Mansion Duke," balas Ophelia.
"Kalau di ingat, terakhir kali kita bertemu, Nona membisikan sesuatu di telingaku," Pria dengan rambut perak itu memejamkan mata sambil mengingat sesuatu, "kalau tidak salah... Nona menyuruhku untuk datang ke Mansion Tuan Duke Asclepias, dan... pada kalimat terakhir, Nona bilang ingin membahas sesuatu yang penting denganku?" lanjutnya sambil membuka kedua kelopak mata lalu menatap manik hijau emerald milik Ophelia.
Kereta kuda keluarga Duke Asclepias berhenti, tepat di depan sebuah gedung yang amat megah, temboknya berhiaskan batu permata berwarna perak, dan ungu muda, kilau dari permata itu menambah kesan mewah dari luar, sinar matahari memantulkan cahaya gemerlap di pusat Ibu Kota Oriana.
Pria itu keluar dari kereta kuda, tangan kanannya siap menggandeng puteri bungsu Duke Asclepias. Gadis bergaun biru muda itu muncul dari balik pintu kereta kuda, "benar, aku ingin membuat kesepakatan denganmu," Ophelia meraih tangan kanan pria itu, "tentu saja ini sangat penting," lanjutnya sambil tersenyum, ia membuka lipatan kipas cantik di tangan kanannya menyembungikan senyuman tipis di balik bibir merahnya.
Ophelia menatap gedung megah dihadapannya, gagang pintu berhiaskan perak, dan lambang Kerajaan Oriana yang terpasang di sana pasti tidak salah lagi.
"Sesuai ingatanku, perpustakaan khusus bangsawan yang ada di buku 'Unrequetid Love' itu ada di sini, di luar perkiraan, aku tidak menyangka bahwa bangunannya akan sangat mewah," batin Violet saat ini.
Menatap ke arah pria berambut perak, "mari kita masuk ke dalam perpustakaan," Ophelia berjalan duluan namun, tidak ada tanda-tanda kalau pria itu mengikutinya dari belakang, gadis bermata emerald kini menoleh karena merasa ada yang aneh, "kenapa kau tidak mengikutiku?"
Pria itu menjawab demikian, "maaf Nona, aku bukan bangsawan normal di sini yang bisa se-enaknya keluar masuk di perpustakaan itu," tersenyum.
"Apa? Apa maksudmu dengan bangsawan normal? Tentu saja kau itu normal."
Tertawa, "Nona, apa kau ingat saat kita bertemu di hutan? Aku ini bangsawan serigala dari Hutan terlarang Meadow, aku tidak bisa masuk ke sana," alis Ophelia berdiri sebelah, karena Violet yang ada di dalam jiwa gadis itu terkejut mengetahui bahwa kalau bukan bangsawan normal berarti tidak boleh masuk.
Terdiam, "yang benar saja, pasti Putera Mahkota kamvret itu yang membuat peraturan konyol ini," dalam hati Ophelia.
"Siapa yang peduli? Ayo kita masuk," gadis bergaun biru muda menarik tangan milik manusia serigala, "N-nona tidak boleh seperti ini, kamu bisa terkena masalah karena aku."
Ophelia tidak menghiraukan kata-kata pria itu, "tak usah di pikirkan, biar aku yang akan mengurusnya..." menatap kedua mata emas bercahaya milik pria di belakangnya dengan sangat lembut, hal itu membuat hati pria itu berdegup kencang tanpa sebab, "astaga, ini berbahaya," dalam hatinya.
***
Kepala rusa yang amat besar tergantung di dinding sebuah ruangan, matanya melotot seperti akan memangsamu, tetapi tentu saja itu tidak akan terjadi karena kau tau rusa adalah hewan herbivora bukan karnivora.
Anak panah mengelilingi kepala rusa itu di sana, ada banyak sekali yang tepat mengenai tengah-tengah tanduk rusa itu, akan tetapi tidak semuanya, pasti ada anak panah yang meleset.
Seorang pria meraih gelas berisikan amer yang ada di hadapannya, meneguknya dengan cepat sampai amer itu luber ke dagu runcing miliknya.
"Ah... Segelas amer memang terasa segar ketika meluncur di kerongkonganku, aku butuh lebih banyak amer untuk menengkan pikiranku."
Bertumpuk-tumpuk kertas tesusun berantakan di sebuah meja kerja pria disana, tidak terurus, dan sepertinya dia sedang merasakan furstasi sehingga meminum banyak sekali amer, tiba-tiba saja suara ketukkan terdengar dari balik pintu.
"Yang Mulia, ada pertemuan hari ini," seorang pelayan wanita memberitahukan sebuah pesan terjadwal milik Putera Mahkota.
"Dengan siapa aku harus bertemu hari ini?" melirik tajam pelayan wanita di ruangan itu.
"Jam 13.30 Anda ada jadwal dengan Tuan Puteri Asclepias, Yang Mulia."
Menyeringai puas, saat yang ia nanti telah tiba, berminggu-minggu dirinya tidak bertemu dengan calon tunangan lugunya itu, waktu yang terus berjalan mempertemukan dirinya lagi dengan Ophelia, akan sangat menyenangkan bermain dengan Puteri yang lugu bukan?
"Hias kereta kuda se-cantik mungkin, dan kirimkan ke kediaman Tuan Duke Asclepias, suruh Ophelia naik kereta kuda itu menuju caffe yang terletak di Ibu Kota."
"Baik, Yang Mulia."
Sesudah pelayan itu pergi dari ruangan kerja Putera Mahkota, seseorang kembali mengetuk pintu ruangan miliknya, "siapa?" menyenderkan kepalanya ke sebuah kursi di ruangannya.
"Ini aku, Rouvin, Yang Mulia."
"Oh, kau. Masuklah."
Rouvin, dia adalah tangan kanan Putera Mahkota, kenapa dia tidak memberitahukan jadwal pertemuan, itu karena dia sedang di tugaskan di perbatasan untuk mengurusi sejumlah masalah pertambangan.
"Yang Mulia, aku punya info penting untukmu," membungkukkan separuh badannya.
"Bicaralah," menatap ke arah tangan kanannya.
Rouvin langsung berbisik pada putera mahkota tanpa di minta, "Apa katamu?" schock dengan apa yang di ucapkan oleh tangan kanan kepercayaannya.
"Itu benar," mengangguk.
"Berani sekali dia bermain di belakangku!"
***
Kembali pada Ophelia di perpustakaan umum para bangsawan Kerajaan Oriana.
Dirinya berjalan masuk, tentu saja ada penjaganya, setiap bangsawan yang masuk akan di priksa, dan hal tersebut tidak berlaku lagi bagi Ophelia. Para penjaga di sana sudah mengetahui kalau yang datang berkunjung adalah calon dari Putera Mahkota, akan tetapi ada sedikit masalah, karena di belakang sang Puteri terdapat seorang pria asing yang berjalan mengikutinya di belakang.
"Mohon tunggu sebentar, salam kami kepada Tuan Puteri Asclepias," salam tersebut langsung di balas oleh Ophelia.
"Senang Tuan Puteri bisa datang kemari, sudah lama Anda tidak berkunjung. Maaf jika kurang sopan, akan tetapi... Siapakah pria yang ada di belakangmu itu?"
Violet hampir salah langkah, dirinya tadi bilang pada pria itu akan mengurus ini, namun dia sampai tidak ingat kalau seorang pria asing bisa di curigai.
Menjawab dengan santai, "dia kenalanku," membuka kipas untuk menutupi separuh wajahnnya ke bawah.
"Benarkah? Kami belum pernah melihat dia sebelumnya."
"Penjaga di sini cerewet sekali," alis Ophelia berkerut, dalam hatinya tak enak, Violet mulai merasa cemas, untungnya tidak ada setetes keringat yang menetes di wajah Ophelia karena panik.
"Kalian akan terus menanyaiku, atau mempersilahkan aku masuk ke dalam? Setelah ini aku ada jadwal dengan Putera Mahkota, kalian membuang waktu," ketus anak bungsu Duke Asclepias itu.
Mereka terkejut, tidak biasanya putri bungsu Duke berkata seperti ini saat berkunjung, yang di ketahui menurut informasi, Puteri Asclepias itu orangnya sangat lemah lembut, lugu, dan mudah sekali memberikan jawaban ketika di tanya. Sangat berbeda jauh dengan kali ini, di hadapan mereka hanya terlihat puteri yang memiliki aura kuat dan pemberani, tubuh anak Duke Asclepias ini lemah, namun sepertinya itu tidak berlaku bagi sang puteri.
"K-kami tidak bermaksud membuang waktu Anda, T-tuan Puteri," membungkuk karena takut terkena hukuman dari bangsawan tertinggi Kerajaan Oriana.
"Aku tidak akan menyakiti kalian, terima kasih sudah menyelamatkan waktuku," Ophelia melangkahkan kakinya masuk ke perpustakaan itu, kemudian dirinya berbalik menghadap pria berambut perak, "Ah... Siapa namamu? Kita belum sempat berkenalan bukan?" gadis berambut merah kecokelatan itu tersenyum lagi, lagi, dan lagi, "Ayo ikut denganku ke dalam."
"Terima kasih atas kebaikan hatimu, Nona," dibalas senyuman juga oleh pria itu, akan tetapi apa yang terjadi? Ophelia terkena heart attack, senyuman pria itu berkali-kali lipat lebih menawan dibandingkan dengan senyuman kedua kakaknya, tentu saja senyuman Putera Mahkota terhempas dari list pria idamannya.