Negeri Oriana, Tahun 1512.
Gumpalan awan putih seperti kapas tersebar di atas langit biru Oriana, tampak terik matahari sedang menyinari bumi se-akan tersenyum seperti saat kau sedang merasakan kebahagiaan.
Satu Mansion yang terletak di sebuah Ibu Kota terlihat megah menjulang tinggi, sejauh mata memandang tampak sebuah taman dengan keanekaragaman tumbuhan yang terlihat sangat menyejukkan mata. Seorang pria bangsawan ber-umur 35 tahun, dan satu orang Puteri kecilnya sedang mencari udara segar disana.
"Ayah, lihat! Ada kupu-kupu yang hinggap di bunga ini," ucap Ophelia kecil sewaktu dirinya masih bisa bersenang-senang dengan damai.
Pria itu kemudian mulai berjalan mendekat pada anak perempuannya, "ya, itu sangat cantik. Sama seperti Puteri Ayah," berjongkok kemudian mengelus kepala Ophelia kecil.
"Hehe, tentu saja! Aku kan Puteri Ayah satu-satunya di dunia ini! Akulah yang paling cantik di Mansion ini," dengan wajah polos gadis kecil itu berkata demikian pada Ayahnya.
"Hanya kau yang cantik? Ibumu, apakah dia tidak cantik, Puteriku?" Bertanya dengan penuh kasih sayang.
"Ibu mana yang Ayah maksud? Ibuku Opaline yang paling cantik, aku tercantik nomor dua setelah ibu!"
Menatap lembut Puteri kecil yang ada di depannya, "Bukan, bukan Ibu Opaline, tapi Ibu Cordylia."
Seketika Ophelia kecil terdiam, dirinya se-akan tidak memiliki mood lagi setelah Ayahnya menanyakan hal itu, ia tak suka jika Ayah yang ia sayang menyebutkan nama itu di depannya. "Ayah, aku ingin istirahat dikamar," alisnya melengkung ke bawah seperti sedang menampakan ekspresi sedih.
"Bukankah kamu tadi yang mengajak Ayah untuk pergi berjalan-jalan keluar? Cuaca hari ini sangat cerah, kenapa cepat sekali ingin beristirahat?"
"Tiba-tiba saja aku merasa lelah, dan juga haus, bisakah kita masuk?" tersenyum tipis pada Ayahnya.
"Baiklah, sesuai keinginan Tuan Puteri Ayah, Ophelia," mengangkat badan gadis kecil itu kemudian masuk ke dalam Mansion di susul dengan beberapa pelayan di belakangnya.
***
Ophelia, itu adalah panggilan dari anak sulung keluarga Duke. Satu-satunya Puteri dari keluarga bangsawan terbesar di Kerajaan Oriana, gadis malang ini hampir meninggal di usianya yang masih menginjak 7 tahun, beruntung dirinya selamat, dan juga sehat hingga saat ini. Dikarenakan sebuah tragedi yang terjadi di kediaman keluarganya, seluruh Mansion habis dilahap si jago merah.
Kejadian itu punya maksud tersendiri, Ibu dari Ophelia, Opaline, menjadi korban karena peristiwa mengenaskan tersebut. Seluruh Mansion habis terbakar sampai ke sekitar taman tempat Ophelia bermain bersama dengan Ayah, dan Ibunya dulu. Setelah usianya telah mencapai umur 10 tahun, dirinya tidak pernah merasa bahagia, Ayah yang sangat ia sayangi menikah lagi dengan seorang wanita dari keluarga Earl, wanita itu bernama Cordylia.
Cordylia itu cukup cantik, namun tidak se-cantik Ibu kandungnya, Opaline. Wanita tersebut terlihat menarik bagi kaum adam karena tubuhnya yang menawan bak biola, wanita itu memiliki rambut berwarna hijau lumut yang panjang menjuntai sampai ke bagian pinggang. Komunikasi yang dilakukan oleh wanita itu juga sangat lancar, dia pandai bergaul di semua kalangan bangsawan, Ayah Ophelia merasa kalau wanita itu terlihat cukup pintar bersosialisasi, jadi dirinya pun memutuskan untuk meninggalkan masa duda-nya dan menikah lagi.
Ayah gadis itu sudah meminta izin, dan restunya pada sang Puteri kecil bernama Ophelia, namun sayang, Ophelia tidak menyukai wanita itu. Ayah gadis lugu tersebut terpaksa menikah lagi demi kepentingan bisnis yang dijalani-nya, walaupun harus menyakiti hati anak kesayangannya, pria itu rela dibenci oleh puterinya sendiri.
***
Ophelia Violetta Asclepias, sang tokoh utama wanita yang bertepuk sebelah tangan dari buku berjudul, "Unrequited Love." Sekarang, di tahun 1524 usianya sudah menginjak umur 19 tahun, sama dengan usia Violet saat ini.
Seorang wanita yang sangat lugu, dan juga naif. Sifatnya yang terlalu baik membuat dirinya gampang di tindas oleh Lady dari keluarga bangsawan lain. Dia tidak pernah sekalipun melawan walau mendapatkan banyak sekali cacian, dan cibiran di pergaulan kelas atas yang ia datangi.
Pelayan di rumah keluarganya yang kurang ajar juga tak mau kalah, sikap mereka melebihi seorang majikan jika sudah berhadapan dengan Ophelia. Gadis itu sering di siksa oleh pelayannya sendiri, gaun yang baru saja ia beli kerap kali di sembunyikan, Ophelia di suruh memakai gaun lama yang terlihat usang, seperti Lady yang tidak kurusan alias tidak ter-urus dengan baik padahal dia adalah bangsawan.
Pernah suatu hari, dirinya diberi makanan yang sudah basi. Saat sedang berjalan-jalan, kuda dari kereta yang ia naiki sengaja dibuat panik hingga hilang kendali, hal itu menyebabkan kekacauan besar, Ophelia hampir saja celaka karena hal tersebut. Setiap sudut di Mansion keluarga Duke, pelayan-pelayannya selalu berbisik tentang dirinya, Ophelia merasa tertekan karena hal tersebut.
***
"Hihihi, Putera Mahkota~ Dirimu manis sekali, membuat jantungku berdegup sangat kencang ketika berada didekatmu," seorang gadis menyenderkan kepalanya manja di bahu lebar milik Putera Mahkota.
Pria itu lantas membalas sang gadis dengan belaian lembut di kepalanya, "kau sangat cantik Lady, dirimu seperti bunga langka di tengah-tengah taman yang pernah aku kunjungi, bolehkah aku terus seperti ini denganmu, Lady?"
"Apa~?" tersipu malu, "Yang Mulia berlebihan memuji diriku... Lakukan apa yang Anda mau, mana mungkin aku bisa menolaknya..." terkekeh.
"Akan tetapi, Yang Mulia.... Apakah Lady Ophelia tidak akan marah jika aku seperti ini dengamu?" bersikap seperti anak anjing yang lucu.
"Tentu saja tidak, apa kau merasa tidak nyaman, Lady?" memberikan smirk smile maut pada gadis itu.
Memalingkan pandangan, "tidak... Hanya saja..." melirik sedikit Putera Mahkota sambil mengerucutkan bibir merahnya.
Tangan pria itu menyentuh dagu milik sang Lady, kemudian memutarnya perlahan lalu di hadapkan ke wajahnya yang rupawan, "apa kau merasa cemburu, hmm, Lady?"
Kembali tersipu, "berhentilah menggodaku, Yang Mulia~"
"Ahahaha, hihihi," gadis itu menerima serangan tak terduga dari Putera Mahkota yang sedang terduduk di sampingnya.
Ophelia, gadis ber-umur 19 tahun itu menyaksikan segalanya, ketidak berdayaan dalam mencintai Putera Mahkota membuat gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menonton dari jarak yang jauh, jika dirinya berkomentar, maka Putera Mahkota sudah pasti tidak akan suka padanya, oleh karena itu ia selalu diam saja.
***
Masih di Hutan Meadow, di tempat sang mantan penyihir Kerajaan Athena itu tinggal. Violet mengingat kembali semua hal tentang Ophelia, gadis lugu yang malang, dan juga sangat naif. Hal itu membuat Violet merasakan jengkel ketika membaca cerita yang ia temukan di sebuah toko buku langganannya, "Unrequited Love."
"Aku akan mengubah segalanya, semua hal tentang Ophelia maupun calon tunangan brengsek-nya, Putera Mahkota."
"Ingin rasanya aku melemparkan banyak sekali kotoran gajah ke arah wajahnya!" dalam hatinya berkata, raut muka Violet terlihat licik, dan juga garang, entah kenapa tiba-tiba saja otak gadis itu dipenuhi dendam dengan Putera Mahkota.