"Jika aku adalah pohon besar, maka kau ingin menjadi apa, Vyschella Ciara Demougust?"
Seorang remaja laki-laki berusia lima belas tahun sedang berbincang santai bersama dengan seorang anak kecil perempuan yang usianya jauh lebih muda enam tahun darinya di Kanada Tulip Festival yang diselenggarakan di Commissioners Park, Ottawa, Ontario, Kanada.
"Aku ingin menjadi bunga yang tumbuh di pohon besarmu itu. Apakah boleh?"
Anak kecil perempuan yang dipanggil itu pun menyahuti si remaja laki-laki dengan wajah lugu sambil memegang dan menempelkan hidungnya di salah satu bunga tulip Pink Impression yang bermekaran di depannya.
"Warna merah muda seperti ini memang benar-benar cantik ya, Kak!"
"Hahaha ...."
Si remaja laki-laki tersebut tertawa seketika setelah mendengar Vyschella memberikan jawaban yang menurutnya sangat buruk.
"Mengapa kau tertawa, Kak?"
Tap tap tap!
Si remaja mendekatkan dirinya dan memasangkan mahkota yang ia rangkai dari bunga-bunga tulip di kepala Vyschella.
"Karena kau bodoh!"
Buk!
Vyschella kecil memukuli perut si remaja karena geram padanya. Kedua tangan imutnya terus memukuli perut si remaja laki-laki.
"Aargghhh! Kau berani mengatai aku bodoh?! Apa kau pikir, kau lebih pintar dariku?!
"Jangan marah! Itu adalah kenyataan, Cia!"
Si remaja membenarkan letak mahkota buatannya agar terlihat sempurna di kepala Vyschella sambil tersenyum.
"Apa maksudmu? Aku akan menjadi lebih pintar ketika dewasa nanti! Bahkan aku akan lebih pintar darimu!"
Vyschella masih geram kepada si remaja laki-laki tersebut. Ia mengerucutkan bibirnya rapat-rapat.
"Menjawab pertanyaan mudah seperti itu saja, kau tidak mampu. Bagaimana kau bisa menjadi lebih pintar dariku?"
"Kau benar-benar membuatku kesal! Lalu, apa jawabanmu?"
"Hahaha, kau ingin tahu jawabanku?"
Si remaja laki-laki tak henti-hentinya menertawakan anak perempuan di hadapannya. Bukan karena kebodohannya, tetapi karena ekspresi wajahnya yang menggemaskan.
"Apa?"
"Jika aku menjadi pohon besar, maka kau tumbuhlah di sampingku menjadi pohon besar! Kita akan tumbuh dan menua bersama."
Kedua mata si remaja laki-laki tidak bisa berpaling dari wajah cantik dan imut Vyschella. Ia memandangi gadis kecil itu dengan tatapan penuh cinta dan kasih sayang.
"Perfect, Cia!"
Si remaja laki-laki memegang kedua bahu Vyschella lalu mengeluarkan ponselnya. Mereka berfoto bersama dengan latar bunga-bunga tulip yang sangat cantik.
"Ingatlah, Cia! Ketika dewasa nanti, aku akan memakaikan mahkota sesungguhnya padamu!"
Si remaja laki-laki tersebut memeluk Vyschella hingga gadis kecil itu sulit bernapas.
"Untuk apa menunggu dewasa, Kak? Sekarang pun aku sudah memakai mahkota buatan mu dan ini sangat cantik!"
"Dasar bodoh! Mahkota yang ku maksudkan ketika dewasa nanti, adalah suatu ikatan abadi antara kamu dan aku, Vyschella Ciara Demougust!"
Si remaja menempelkan bibirnya ke kening Vyschella bertubi-tubi. Ia tidak menyadari bahwa si perempuan kecil yang berada di dekapannya sedang berusaha mengambil udara untuk bernapas.
"Iーikatan seperti apa, Kak? Aaarghh, aku tidak bisa bernapas!"
"Tentu saja menikah, Cia."
"Menikah seperti Papa dan Mama? Iya, Cia mau. Cia mau menikah dengan Kakak!"
Vyschella berseru seraya melepaskan diri dari dekapan si remaja. Kini, ia menatap kedua mata remaja di depannya dengan sungguh-sungguh.
"Mengapa kau mau menikah denganku?"
Si remaja bertanya karena dirinya dihantui rasa penasaran yang kuat.
"Karena kau sangat tampan! Cia suka dengan pria tampan."
Si remaja laki-laki tersenyum. Kedua matanya memancarkan aura kebahagiaan. Ia membawa Vyschella kembali ke dalam dekapannya.
"Hahaha, aku bukan hanya tampan, tetapi aku juga pintar!"
**
"Uhuk ... uhuk ...."
Kleiner terbangun ketika mendengar suara batuk yang berasal wanita yang tertidur di sebelahnya. Ia terkejut ketika mendapati wajah Vyschella memerah. Pria itu turun dari ranjang dan segera menuangkan air mineral untuk Vyschella.
"CiーCyra, bangunlah! Ayo minum dulu!"
"Uhuk ... uhuk ...."
"Cyra, ayo bangun! Mengapa kau terbatuk seperti ini? Kau bahkan tidak makan apapun sepanjang malam!"
Vyschella membuka kedua matanya. Ia menatap Kleiner yang sudah terduduk di pinggir ranjang seraya menatapnya.
"Minumlah!"
Vyschella bangun perlahan dan meraih segelas air mineral yang disodorkan oleh suaminya.
Gluk gluk gluk!
Vyschella meminumnya dengan rakus. Ia memang sudah merasa haus yang luar biasa.
"Terima kasih."
Kleiner menerima gelas kosong dari tangan sang istri. Ia meletakkan kembali gelas itu di atas meja samping ranjang.
"Apa kau bermimpi buruk?"
Vyschella mengingat mimpi tadi. Mimpi remaja laki-laki yang sedang bersamanya di sebuah taman bunga tulip yang berlokasi di Kanada. Mimpi yang sama dengan beberapa hari terakhir.
"Huh!"
Vyschella menarik napasnya dalam-dalam. Ia menundukkan kepala dan memijit keningnya yang berdenyut.
"Ada apa? Beritahu aku!"
"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir!"
Vyschella membaringkan tubuhnya membelakangi Kleiner. Ia memikirkan mimpi aneh yang datang setiap wanita itu memejamkan matanya.
"Oh, benar! Bulan Mei saat itu, aku pergi bersama Papa dan Mama ke Kanada karena Papa dan relasi bisnisnya mengadakan perjalanan bisnis ke sana. Namun, siapa anak laki-laki itu?"
Vyschella memelankan suaranya. Ia tidak ingin Kleiner mendengarnya.
"Apa yang baru saja kau katakan, Cyra?"
Deg deg deg!
Jantung Vyschella berdegup kencang. Ia pun tidak tahu harus menjawab apa.
Astaga! Apakah dia mendengar apa yang aku ucapkan? tanya Vyschella dalam hati.
"Cyra?!"
"Ah, tiーtidak apa-apa, Kley."
"Kalau begitu, aku akan bersiap pergi bekerja. Kau beristirahatlah!"
Tak tak tak!
Kleiner melangkah menuju kamar mandi yang masih terletak di dalam kamarnya. Ia melangkah dengan ragu karena keingintahuan membuatnya penasaran.
Vyschella tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia menyembunyikan dirinya di dalam selimut agar Kleiner tidak bisa melihat wajahnya yang sedang bimbang.
Ddrrtttt!
Vyschella tersentak mendengar suara getaran ponselnya. Ia pun bangun dan meraih ponsel miliknya di atas meja.
"Hah!"
Vyschella memijit keningnya ketika ia melihat nama ayah kandungnya di layar ponsel.
"Apa yang harus kukatakan? Aku bahkan tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi permintaan Papa."
Vyschella dilanda kebingungan yang luar biasa. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Dengan tangan yang gemetar, ia membuka pesan singkat dari sang ayah kandung.
Drake : Jangan lupa pukul satu siang di tempat yang sudah saya tentukan dan bawa uang yang saya minta!
Deg deg deg!
"Bagaimana ini? Bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?"
Vyschella memegang jantungnya yang berdegup tidak beraturan. Ia merasa kepalanya akan pecah karena tekanan dari ayah kandungnya.
Tak tak tak!
Terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat. Vyschella masih terdiam di tempatnya tanpa terganggu dengan suara langkah kaki itu.
"Uang apa, Cyra?"
Suara itu? Bukankah itu suara Kley? tanya Vyschella dalam hati. Wanita itu pun menoleh ke pemilik suara tersebut.
"Tiーtidak. Bukan apa-apa, Kley."
Vyschella buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia berusaha menutupi kebenaran dari suaminya karena ia merasa sangat sungkan.
"Aーaku akan pergi mandi sekarang."
Vyschella beranjak dengan terburu-buru. Ia tidak ingin Kleiner mencurigai dirinya.
"Ada apa dengan wanita itu? Kelakuannya sungguh aneh!"