Chereads / MARRY THE TWINS / Chapter 47 - Pressure

Chapter 47 - Pressure

Seorang pria berjas hitam tanpa sehelai rambut pun duduk di sebuah kedai kopi terkenal yang berada di Broad Street, Birmingham, Inggris. Ia duduk seorang diri dengan wajah murung. Sesekali pria itu melihat ponselnya yang diletakkan di samping cangkir kopi Capuccino yang ia pesan.

"Di mana anak sialan itu berada?! Sudah lewat lima menit dan batang hidungnya belum juga terlihat!"

Drake melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul satu lebih lima menit waktu setempat. Ia menggertakkan giginya ketika menatap pemandangan di luar kedai seraya berharap yang ditunggu-tunggu datang.

Tuk tuk tuk!

Drake mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk kanannya. Wajahnya tampak cemas.

"Bagaimana jika anak sialan itu tidak datang? Saya harus mencari uang ke mana untuk membayar semua hutang?"

Drake mengirimkan pesan singkat kepada anak kesayangannyaーVillearisa Cyra Demougustーyang kini berada di negeri kincir anginーBelanda.

Drake : Anakku, sepertinya anak sialan itu tidak akan datang.

Drake meletakkan kembali ponselnya. Ia menunggu balasan dari Villearisa. Tanpa menunggu waktu lama, ponsel kepala keluarga Demougust itu pun bergetar.

Villearisa : So, let's do the plan B, Dad!

Tanpa ragu, Drake menyetujui saran anak kesayangannya tersebut. Ia segera mengetik balasan pesan untuk Villearisa.

Drake : Oke. Sampai jumpa!

Drake menghabiskan kopinya. Ia masih menunggu kedatangan Vyschella dengan geram.

"Jika dalam sepuluh menit ke depan anak itu tidak datang, saya akan membuat perhitungan dengannya!"

**

Vyschella duduk di balkon kamarnya seorang diri dengan pandangan kosong. Ia bersandar dan sesekali menarik napas panjang. Entah apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan oleh wanita dua puluh satu tahun tersebut.

Ddrrtttt!

Di atas meja samping tempat duduk Vyschella, ponsel pintar buatan Amerika Serikat miliknya bergetar. Ia tampak enggan meraih benda tersebut.

"Huh! Aku tahu, itu pasti Papa!"

Vyschella merapatkan bibirnya sambil merapikan anak rambut yang menutupi mata kanannya.

"Huh! Bagaimana ini, Nek? Aku tidak mungkin membiarkan Nenek tersiksa dan aku juga tidak akan memberikan Papa melakukan hal licik lainnya pada Nenek!"

Ddrrtttt!

Ponsel Vyschella kembali bergetar. Ia melirik benda mungil itu dengan ragu.

"Apa yang harus kulakukan?"

Akhirnya Vyschella memutuskan untuk meraih ponselnya yang sejak tadi bergetar. Ia menatap layar ponselnya dengan cemas.

"Papa ...."

Dengan kedua tangan bergetar, Vyschella memegangi ponselnya seraya tidak berhenti menatap nama sang ayah di sana.

"Jawab atau tidak, ya, panggilan masuk dari Papa? Ini merupakan pertanda tidak baik!"

Setelah lima menit berlalu, Drake mengirimkan pesan singkat kepada Vyschella. Pesan yang sama seperti sebelumnya.

Drake : Apa kau sudah bosan hidup? Atau kau sengaja menguji kesabaran saya?

Dua kalimat tanya yang dikirimkan oleh Drake kepada Vyschella, membuat wanita itu gugup. Ya, Vyschella merasakan ketakutan yang luar biasa.

Drake : Rupanya kau sudah berani menentang saya! Terimalah panggilan telepon masuk saya, Cia!

Prak!

Vyschella menjatuhkan ponselnya ke lantai. Kepalanya terasa berat. Dengan tubuh bergetar, ia berusaha bangkit dan meraih ponselnya kembali.

"Entah mengapa Papa tidak berhenti menekan ku! Beliau bahkan tahu, bahwa aku hanyalah pengantin pengganti Kakak!"

Baru saja Vyschella meraih ponselnya yang terjatuh, kini Drake menghubunginya lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Tuhan, apa yang harus aku katakan pada Papa?"

Vyschella menggigit bibir bawahnya guna menghilangkan rasa cemas yang sedari tadi menyerangnya. Ia bimbang karena Drake terus menghubunginya.

"Yaーya, Papa?"

Suara Vyschella terdengar lemah. Ia tidak berani banyak bicara pada Drake.

"Ke mana saja kamu?! Anak sialan, mengapa kamu tidak bisa menghargai orang tua yang sudah bersusah payah membesarkan kamu?! Hah?!"

Papa memanggilku dengan sebutan anak sialan?! Apakah benar aku membawa sial bagi mereka?! tanya Vyschella dalam hati seraya mengepalkan tangannya.

"Meーmembesarkan saya? Bukankah selama ini kalian tidak menganggap saya?"

Entah mendapatkan keberanian dari mana, Vyschella mampu membalas kata-kata kasar yang terlontarkan dari mulut ayah kandungnyaーDrake Carrington Demougust.

"Tutup mulutmu, Cia! Jika bukan karena Cyra, kau tidak akan menduduki posisi Nyonya keluarga Stonevrustarios, mengerti?!"

"Huh ...."

Vyschella menarik napas dalam-dalam. Ia memejamkan matanya sejenak seraya berpikir kata-kata apa yang pantas untuk membalas ucapan ayah kandungnya.

"Apakah kalian lupa, bahwa kalian memaksaku menandatangani surat perjanjian itu? Jika kalian berpikir aku menginginkan posisi ini ... kalian salah!"

"Vyschella, jangan membantah saya! Karena saya tidak akan segan-segan menghentikan pengobatan Nenekmu yang penyakitan itu!"

Deg deg deg!

Papa selalu saja mengancam saya dengan menggunakan Nenek! Saya tidak bisa berbuat apa-apa, selain menuruti kemauannya! sesal Vyschella dalam hatinya.

"Kau pasti tahu, bukan, kalau biaya pengobatan Nenekmu tidaklah murah?!"

Vyschella menahan diri agar tidak membalas perkataan Drake yang selalu saja menyakiti hatinya. Namun jika dibiarkan, apakah Drake akan semakin menekannya?

"Bawakan uang seratus juta Poundsterling dalam dua hari ke tempat yang sudah saya tentukan!"

Astaga! Papa masih menginginkan uang itu! pekik hati Vyschella.

"Bukankah Papa tahu, bahwa saya tidak

bekerja lagi? Lalu, dari mana saya mendapatkan uang sebanyak itu? Jangan mengharapkan hujan di musim kemarau, Papa!"

"Jangan bersilat lidah, Cia! Kau memiliki suami seorang miliader, manfaatkanlah!"

Kedua alis Vyschella saling bertautan. Wajahnya memerah dan bibirnya bergetar.

"Taーtapi, PaーPapa ...."

"Saya tidak ingin kata gagal untuk yang ke dua kalinya. Apa kau mengerti?"

"Saーsaya tidak pandai mengutarakan niat kepadanya, Pa!"

Vyschella pun kacau. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi sang ayah. Ia berusaha menolak keinginan ayahnya.

"Jangan bodoh, Cia! Kau berhak atas kekayaan Kleiner! Ya, itu benar! Kau berhak atas kekayaan keluarga Stonevrustarios!"

God! Apakah yang ada di dalam pikiran Papa hanya harta? Kapan Beliau akan perduli pada perasaan putrinya? Oh, benar! Mereka bahkan tidak menganggap kehadiranku, bukan? batin Vyschella. Tanpa terasa air mata pun mulai berjatuhan.

"Katakan kepada Kleiner, bahwa saya meminta bantuan finansial darinya sebanyak seratus juta Poundsterling! Dan, antarkan uang itu dalam dua hari atau kau harus kembali ke kediaman keluarga Demougust untuk mengurus jenazah Nenekmu!"

Ah, astaga! Apakah tidak ada hal lain lagi di kepala kalian, selain uang?! seru Vyschella dalam hati. Ia kecewa pada ayahnya sendiri. Karena menurutnya, Drake tidak pantas disebut sebagai kepala keluarga.

"Papa, saーsaya tidak bisa ...."

Klik!

"Oh, astaga! Papa mematikan sambungan teleponnya!"

Vyschella menarik napas dalam-dalam sambil menggeleng. Ia mencoba mengatur hatinya juga mengendalikan pikiran-pikiran negatif yang berkecamuk.

"Ah, sebaiknya aku melatih otot kakiku! Jika suatu hari nanti aku punya kesempatan untuk tampil di panggung lagi, aku akan menjadi balerina prima yang handal."

Vyschella memutuskan untuk menenangkan diri dengan berlatih balet. Ia masuk ke ruang tidur dan berjalan menuju ruang ganti.

"Ah, aku suka sekali di sini! Dengan dua buah cermin besar yang menempel di dinding seperti ini, sudah cukup bagiku untuk berada seperti di ruang latihan Royal Ballet, London!"

Vyschella tersenyum ketika benaknya melayang menuju masa-masa menyenangkan di mana dirinya sedang berlatih bersama teman-teman sesama balerina Royal Ballet untuk pergelaran acara Swan Lake dua tahun yang lalu.