Ackerley menatap satu persatu anggota keluarga Stonevrustarios. Ada perasaan kecewa yang hinggap di hatinya. Ia tidak mengerti mengapa hal yang menurutnya biasa saja akan menjadi bumerang bagi yang lain.
"Jangan ada yang mengungkit kejadian ini lagi, baik di depan maupun di belakang saya!"
Ackerley berdiri dan bergegas meninggalkan ruang makan keluarga Stonevrustarios. Dan, tak ada satu pun yang berusaha mencegahnya.
"Saya sudah selesai. Terima kasih untuk makan malamnya."
Lorainne berdiri dan menatap sang suami.
"Apakah kau belum selesai, Ansell?"
Pria yang disebutkan namanya itu segera meletakkan alat makannya dan mengangguk.
"Ayo, kita pergi!"
Orang tua kandung dari Kleiner Rutherford Stonevrustarios itu pun beranjak dari ruang makan menuju ruang tidur mereka yang terletak di lantai dua mansion utama.
"Lora, tunggu!"
Ansell meraih lengan istrinya. Ia menatap kedua mata Lorainne memerah.
"Ada apa? Katakan padaku!"
Lorainne menatap suaminya dengan geram. Bisa-bisanya pria ini tidak mengerti maksudku! serunya dalam hati.
"Tidak apa-apa. Aku hanya lelah."
Lorainne berjalan mendahului suaminya yang masih tidak mengerti perasaannya. Ia melangkah dengan lesu.
Ceklek!
Lorainne membuka pintu kamar tidurnya. Ansell mengikuti sang istri. Ia tahu bahwa istrinya sedang terpancing emosi karena perkataan Daisy dan Alexa tadi saat sedang makan malam.
"Oh, Lora, apakah ada yang menyinggung mu sampai-sampai kau berubah seperti ini?"
Ansell menghampiri Lorainne yang sedang duduk di tepi ranjang dengan wajah datarnya.
"Aku tidak apa-apa."
Masih dengan jawaban yang sama dan raut wajah yang sama pula, Lorainne menjawab pertanyaan sang suami tanpa menoleh.
"Aku tahu bila kau merajuk seperti ini, pasti ada sesuatu yang kau simpan sendirian!"
Ansell membawa tubuh sang istri ke dalam pelukannya seraya mengusap lembut rambutnya yang kecoklatan.
"Lorainne, apa kau ingat alasanmu menikahi mu?"
"Ya ...."
"Aku menikahi mu bukan karena wajah cantikmu, meski harus ku akui bahwa kecantikan mu mampu memikat hatiku."
Ansell mendaratkan kecupannya di dahi sang istri.
"Aku menikahi mu karena perilaku mu yang anggun dan berkelas."
Dalam sekejap, hati Lorainne terasa hangat. Emosi yang semula menggerogoti hatinya, kini telah sirna.
"Terima kasih telah membuatku tersadar dan lepas dari emosi yang tadi sempat menghampiriku, Ansell! Kau memang suami terbaik!"
Ansell mempererat pelukannya. Ia lega karena pada akhirnya Lorainne memang memiliki sikap baik dan penurut.
"Mulai sekarang, mari kita biarkan anak kita menjalani kehidupan rumah tangganya tanpa campur tangan kita!"
Lorainne mengangguk seraya tersenyum pada Ansell. Wanita itu pun memeluk Ansell yang sangat menyayanginya.
**
Vyschella terbangun dan mendapati Kleiner sedang duduk di kursi samping ranjang. Ia menatap dokumen di tangan kirinya.
"Kau sudah bangun, CiーCyra?"
Sialan! Lidahku terlalu kaku memanggil namanya, keluh Kleiner dalam hati.
"Bagun dan makanlah! Aku akan ke luar."
Kleiner merapikan dokumen-dokumen di atas mejanya dan memasukkan ke sebuah amplop coklat. Ia berniat akan pergi ke ruang kerjanya karena Oscar sudah menunggu kedatangannya.
"Jangan tunggu aku. Istirahatlah lebih awal!"
Vyschella tidak mengerti dengan perubahan sikap suaminya, tetapi ia menikmati setiap detik waktu bersama Kleiner. Ia bangun perlahan seraya menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Oh, di mana ponselku?"
Vyschella mencari-cari ponselnya. Ia bahkan tidak ingat di mana meletakkan benda canggih tersebut.
"Oh, di mana aku meletakkannya?"
Vyschella bergegas meraih tas tangan yang ia gunakan ketika pergi berbelanja dengan Kleiner lalu membukanya.
"Oh, aku pikir ponselku hilang!"
Vyschella tersenyum ketika mengeluarkan benda canggih itu dari dalam tas tangannya. Ia menyalakan ponselnya dan membelalakkan kedua matanya dengan sempurna.
"Astaga! Dua puluh panggilan tak terjawab?!"
Tubuh Vyschella panas dingin dan bergetar hebat. Ia terkejut dengan banyaknya panggilan masuk yang tidak terjawab olehnya yang berasal dari sang ayah kandungnya sendiri.
"Aku telah melupakan urusanku dengan Papa! Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?"
Vyschella menggigit ibu jari kirinya guna menghilangkan rasa gugup, sedangkan tangan kanannya memegangi benda kecil nan canggih tersebut.
Drake : Anak durhaka, cepat terima panggilan telepon saya!
Vyschella memicingkan matanya ketika membuka dan membaca pesan singkat dari Drake Carrington Demougust alias ayah dari si kembar Villearisa dan Vyschella.
Drake : Rupanya kau sudah berani melawan saya, Cia! Bagus sekali!
Bukan hanya satu pesan saja yang dikirimkan oleh Drake, melainkan tiga pesan yang berisi hujatan juga ancaman dan pastinya membuat hati wanita itu terluka.
Drake : Sediakan uang seratus juta Poundsterling dan temui saya besok pukul satu siang di Starrybucks coffee yang terletak di Broad Street atau kau tidak akan bisa bertemu dengan Nenek penyakitanーGwyneth Stephany Ellenaーitu selamanya!
"Astaga! Papa tidak akan pernah menyerah mengancam dan memeras ku!"
Setelah berpikir cukup lama, wanita itu akhirnya memutuskan untuk menghubungi ayah kandungnya. Meskipun ia tahu bahwa hasilnya tidak akan bagus.
Tut tut tut!
Vyschella berusaha menghubungi sang ayah, tetapi pria itu tidak menerima panggilan telepon masuk dari putrinya.
"Ke mana Papa?! Mengapa sudah malam seperti ini dia tidak menerima panggilan telepon dariku?! Apakah Papa sedang berada di Kasino Kley lagi?!"
Setelah mencoba menghubungi Drake Carrington Demougust lebih dari sepuluh kali, Vyschella pun menyerah. Ia tidak lagi menghubungi sang ayah juga tidak membalas pesan singkatnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Ke mana aku harus mencari uang sebanyak itu? Bekerja selama satu tahun pun aku tidak akan berhasil mendapatkan uang seratus juta Poundsterling!"
Vyschella sangat putus asa. Ia pasrah dengan takdir yang akan terjadi besok, tetapi ia tidak ingin pasrah dengan keadaan sang nenek.
"Apapun yang akan terjadi besok, terjadilah! Aku berharap tidak akan menyesalinya. Karena aku tidak mungkin meminta sejumlah uang yang tidak sedikit itu kepada Kley!"
Vyschella meletakkan ponselnya kembali lalu bergegas membersihkan diri sebelum memakan hidangan makan malam yang sudah tersedia. Namun sepertinya, wanita itu tidak memiliki selera makan yang bagus.
**
Kleiner kembali ke ruang tidur setelah semua pekerjaannya telah selesai. Ia teringat akan istrinya yang mungkin sudah tertidur karena malam telah larut.
Ceklek!
Kleiner membuka pelan pintu ruang tidurnya dan ia melangkah mendekati Vyschella yang sudah terlelap.
"Mengapa kau tidak menyentuh semua makanan di meja ini, Cia? Ada apa denganmu?"
Kleiner mengusap pelan pipi wanitanya. Ia merasa semakin dekat dengan saudara kembar Villearisa yang merupakan mantan tunangannya.
"Ya, dahimu pun berkerut ketika sedang tertidur! Apa yang sedang kau pikirkan?"
Kleiner sangat bingung dengan perasaannya. Ia tidak ingin mengakui cintanya pada Vyschella, tetapi ia juga tidak ingin kehilangan wanita yang sudah menjadi istri sahnya.
"Setelah aku selesai membuat keluargamu dan keluarga Burke bertekuk lutut padaku, saat itulah aku akan jujur dan mengatakan padamu siapa aku, Cia! Bertahanlah, hingga saat itu tiba!"
Kleiner membuka pakaiannya dan berbaring di samping Vyschella. Ia memeluk tubuh sang istri dari belakang seraya memainkan rambut panjang nan indah milik wanita cantik itu.