Chereads / Maaf, Aku Mencintainya / Chapter 31 - Pura-pura tak Peduli

Chapter 31 - Pura-pura tak Peduli

Dibandingkan dengan orang lain itu pasti tidak akan menyenangkan. Meskipun dibandingkan dengan saudara sendiri. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Haruskah ada perbandingan untuk menegaskan bahwa orang lain lebih unggul? Bukankah mereka unggul di bidangnya masing-masing?

Di dalam hidupnya, Tania sudah biasa dibandingkan. Namun, rasanya masih saja sakit. Bertahun-tahun dia selalu dibandingkan dengan kakaknya sendiri, dan ekarang dia harus dibandingkan dengan Cantika oleh orang yang disayanginya. Tentu saja Tania tidak ada apa-apanya dibanding Cantika. Gadis yang cantik, santun, ramah, rapi, dan dan cerdas. Sangat berbanding terbalik dengan Tania.

Belva boleh tidak menyukai Tania, Tania bisa terima itu. Tetapi dia sangat sakit hati kalau dibandingkan. Ya, meskipun itu hanya sebuah sakit hati semu. Mungkin beberapa jam kemudian dia juga sudah merasakan rindu pada orang yang saat ini membuatnya sakit hati.

Tania membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur pink-nya sambil memeluk boneka sapi kesayangannya. Pikirannya mengembara kemana-mana. Tania mulai berfikir, apakah dia harus merubah diri agar dipandang oleh orang lain?

Drrt ... Handphone Tania berdering sejenak. Dan ia segera membuka aplikasi berwarna hijau yang ada di ponselnya.

~Kakak Jutek Kesayangan~

'Keluar rumah sekarang!'

Tania membaca chat dari Belva sambil mengerjapkan matanya. Keluar rumah?

Tania segera mengetikkan jawaban.

'Tania sudah tidur.'

~Kakak Jutek Kesayangan~

'enggak usah sok jual mahal. Kalau dalam 5 menit tidak keluar, aku pulang lagi.'

Tania langsung membelalakkan matanya. Mana bisa dia membiarkan Belva berlalu begitu saja? Aih, dia memang tidak sedang ingin jual mahal, tetapi sebenarnya dia ingin menghindar sejenak dari Belva, karena dia tidak mau semakin dekat dan dia akan semakin merasakan sakit hati.

Tania langsung turun dari tempat tidurnya. dia mondar-mandir kanan dan kiri sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan tangan kirinya.

'ngapain malam-malam begini kak Belva ke sini? Apakah dia mau minta maaf? Apakah dia meminta aku untuk tidak mengharapkan dia lagi. Ah, Kenapa penasaran parah sih, wahai aku. Tolong abaikan dia saja,' hati dan fikiran waras Tania sedang berdebat.

Setelah dia berperang melawan hati nuraninya, ternyata akhirnya dia kalah juga. Dia penasaran sekaligus rindu dengan kakak jutek kesayangannya itu, jadi dia segera berlari keluar dan menuju ke luar gerbang.

Belva masih berada di sana. Duduk manis di atas motor sport keluaran terbaru. Banyak para siswi yang mengidam-idamkan ingin duduk di motor Belva. Dan Tania adalah gadis yang beruntung karena sudah berkali-kali bisa duduk manis di jok belakang motor Belva.

"Kenapa?" tanya Tania sok cuek.

Belva langsung menoleh, lalu dia mengambil sesuatu dari tas ransel nya.

"Ini udah aku kerjain no 101-200, Kamu tinggal nyalin aja." Belva menyerahkan kertas jawaban yang berisi jawaban soal fisika dari pak Hadi. Ya, semuanya sudah dikerjakan oleh Belva. Tania memandang soal-soal itu dengan mata nanar.

Dia benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh Belva, entah apapun motivasi Belva untuk melakukan itu.

"Kak Belva mengerjakan semuanya?" Suara Tania mulai serak, matanya berkaca-kaca.

"Karena aku tahu kamu tidak akan mungkin menyelesaikannya. Ini cepat ambil! Enggak usah sok jual mahal begitu. Kenapa sih, cuek banget sejak tadi pagi."

Tania mengambil kertas yang ada di tangan Belva dengan buru-buru.

"Terimakasih banyak kak Belva. Suatu saat aku pasti akan membalas kebaikan kak Belva saat ini. Selamat malam, Aku mau masuk dulu."

Saat itu, Tania mau berusaha untuk menjadi orang lain. Bukan Tania yang selalu melakukan apa yang dia mau asal dia bahagia. Dia menghianati hatinya sendiri. Dia segera berbalik, dan akan kembali masuk.

"Kamu tidak meminta aku untuk masuk?"

Pertanyaan Belva menghentikan langkah Tania, namun gadis itu tetap menatap lurus ke rumahnya dan tidak menengok ke arah Belva.

"Sudah malam, kak Belva harus pulang kan?"

Entah kenapa, Belva sangat merasa kehilangan Tania Seharian ini. Dia rindu Tania yang bawel, dia rindu tania yang selalu merecokinya, dia juga rindu Tania yang selalu bersikap ajaib.

Tania melangkahkan kakinya, sedangkan Belva segera meloncat dari motornya, lalu menahan tangan kanan Tania.

"Kamu kenapa? Kenapa kamu terlihat menghindar? Kenapa kamu tidak seperti biasanya?"

"Mau bagaimanapun aku, tidak akan berpengaruh di hidup kak Belva kan? Aku hanya seorang gadis yang ceroboh, yang suka bertindak semaunya sendiri, kan?"

Belva terdiam sejenak, kali ini dia mulai paham, kalau Tania tersinggung dengan ucapannya.

"Sejak kapan kamu peduli dengan ucapan orang lain?"

"Aku tidak akan pernah peduli jika yang mengucapkan orang lain. Tapi berbeda ketika kak Belva yang mengucapkan. Entah kenapa terasa sakit. Mungkin memang sebaiknya kita menjaga jarak. Aku harus tahu posisiku."

Belva menunduk. Entah kenapa, ucapan Tania begitu sakit terdengar olehnya. bukankah seharusnya dia bahagia jika terlepas dari Tania yang selalu mengganggunya dan selalu merepotkan dirinya? Bukankah seharusnya dia bahagia kalau Tania tidak lagi merecokinya. Tetapi tidak, Belva merasa kehilangan. Baru satu hari Tania mendiamkannya, dia sudah kelabakan.

"Kamu bisa merasa sakit juga? Kukira kamu hanya bisa ketawa-ketiwi sambil berteriak saja."

"Selamat malam kak Belva."

Bahkan hanya untuk menanggapi ucapan Belva pun, Tania rasanya enggan. Dia memang harus membiasakan diri untuk jauh dari Belva. Meskipun rasanya sangat sulit. Ketika Tania berniat untuk menjauh, Kenapa justru sikap Belvamembuat Tania meleleh, seperti saat ini. kakak kelas juteknya itu bela-belain datang ke rumahnya hanya untuk memberikan jawaban dari hukumannya. Ya, perhatian seperti itu sangat berharga bagi Tania. Tapi apalah arti perhatian itu, kalau sebenarnya dia dianggap tidak ada, dan Tania yakin Belva melakukan itu hanya untuk menebus rasa bersalahnya

Belva langsung melangkahkan kakinya, dan menggenggam tangan Tania. Tania langsung membeku. Tangannya dingin dan gemetar.

'Apa maksud genggaman tangan kak Belva ini?'

"Kembalilah menjadi Tania yang dulu. Kembalilah menjadi Tania yang bawel, yang suka rusuh dan suka teriak-teriak tidak jelas."

"Kenapa?"

"Ya karena Aku mau kamu menjadi dirimu sendiri. Dirimu yang apa adanya. Untuk apa kamu berusaha untuk menjadi Tania yang lain kalau kamu sendiri tidak nyaman."

'jadi cuma itu alasannya, Aku pikir kamu merindukanku. Ya, seperti biasanya aku memang terlalu kepedean dan terlalu ke-gr-an. Yang akhirnya membuat diriku sendiri sakit.'

Tania mengibaskan tangan Belva. Mungkin dia memang tidak berhenti berjuang, dia hanya istirahat sejenak. Jiwa dan raganya lelah akhir-akhir ini, Tania lagi butuh waktu untuk membuat dirinya sendiri waras.

"Sudah malam, silakan kak Belva pulang. Terima kasih sudah memikirkanku, dan membantuku sejauh ini. Semoga kedepannya aku tidak lagi merepotkan Kak Belva. Selamat malam!" Tania melangkahkan kakinya melewati gerbang rumahnya, lalu dia mengunci gerbang itu tanpa menoleh lagi ke arah Belva.