Chereads / Maaf, Aku Mencintainya / Chapter 12 - Jalan-jalan ke Taman

Chapter 12 - Jalan-jalan ke Taman

"Kenapa pesennya 3? Kita kan cuma berdua?"

"Nanti aku dua porsi. Kak Belva satu," ucap Tania santai sambil meraih satu mangkok bakso dihadapannya.

Belva hanya memandang Tania sambil geleng-geleng kepala. Merasa aneh dengan tingkah laku ajaib gadis yang ada di sampingnya.

Belva tersenyum melihat Tania yang lahap menyodokkan bakso ke dalam mulutnya tanpa jaim seperti gadis-gadis biasanya.

Setelah memakan separuh porsi bakso, dia mengambil sekotak nasi dari tas yang tadi di bawa.

"Ngapain ngeluarin nasi?" Belva membelalakkan matanya. Sambil celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri.

"Kan aku sudah bilang sama Kak Belva, kalau aku suka makan bakso sama nasi. Biar kenyang." Tania cuek mengambil nasi dari kotak dan meletakkannya di mangkuk bakso.

"Ish, jangan malu-maluin. Lihat, kamu dilihatin orang-orang. Masa iya cowok ganteng kayak aku makan sama cewek rakus gini, bawa nasi lagi. Jaim dong kayak cewek-cewek lain."

Tania menghentikan makannya, mengunyahnya hingga habis bakso yang masih ada di mulut, lalu menatap Belva yang ada di sampingnya.

"Kak, bukannya lebih baik menjadi diri sendiri ya. untuk apa kita harus menjadi orang lain kalau menjadi diri sendiri aja sudah membuat kita bahagia. Aku akan melakukan apapun yang membuat aku bahagia, apapun. Aku tidak pernah peduli dengan penilaian orang. Karena yang tahu bagaimana cara membuat aku bahagia, adalah aku sendiri. Sudah banyak kesedihan yang tercipta, kita perlu melakukan sesuatu yang membahagiakan, bukan?" Tania berucap sok bijak ke Belva sambil tersenyum sejenak, lalu ia meneruskan makan bakso yang sudah diberi nasi di atasnya.

Sejenak Belva tertegun. Dia menelan salivanya. Tidak menyangka Gadis itu mempunyai pemikiran sedalam itu. Perlahan dia tersenyum, menyadari bahwa Gadis itu sebenarnya berbeda dengan gadis yang lain. dia apa adanya dan tidak melakukan hal yang dibuat-buat agar disukai oleh orang lain. Padahal dia menyukai Belva, tapi dia tidak jaim dan tidak melakukan hal yang baik-baik terus agar disayangi oleh Belva.

Saat itu, Belva sedikit tertarik dengan gadis unik yang di hadapannya itu. Seumur-umur Baru kali ini ada Gadis remaja yang benar-benar tidak memperhatikan penilaian orang lain terhadap dirinya.

"Ya udah, habisin. Kalau mau, nambah lagi aja. Mumpung aku lagi baik hati. Aku traktir semua."

"Beneran?"

"Iya." Belva langsung mengambil mangkok yang ada di sampingnya lalu melahap bakso itu. Entah kenapa, saat itu ia benar-benar menikmati rasa bakso itu. Rasanya lebih nikmat dari biasanya, padahal dia juga pernah mampir ke kedai bakso itu.

"Mbak, tambah lagi ya?" Belva mengangkat mangkoknya yang sudah kosong.

Tania langsung membelalakkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar. Padahal kak belva itu kan gengsian.

"Dih, tadi bilang sama aku malu-maluin kalau sampai nambah. Eh, sekarang malah nambah."

"Kan kamu yang bilang. kita hendaknya melakukan apapun yang kita suka tanpa memikirkan penilaian orang lain."

"Ini mas," ucap pelayan di kedai bakso WADIDAW.

"Terima kasih Mbak." Belva segera meraih semangkok bakso itu, Dan Dia melahapnya.

Tania menatap Belva sekali lagi, lalu dia tersenyum bahagia. Paling tidak, kata-katanya mampu mempengaruhi sedikit ke Belva.

***

"Kak, Aku belum ingin pulang. Kita jalan-jalan ke taman dulu yuk?"

"Ogah. Udah sore. Lagian nanti kamu dicari sama mama kamu."

"Aku udah izin kok mau pulang telat. Mau ya?"

"Kamu banyak maunya banget sih. Tadi minta dibeliin bakso, sekarang minta mampir ke taman. Terus nanti kamu mau minta apa lagi?"

"Ya mumpung sama Kak Belva. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. kapan lagi bisa dibonceng motor kerennya kak Belva."

Entah kenapa, Belva mulai nyaman bareng-bareng sama Tania. Si cewek cuek terhadap penilaian orang lain yang apa adanya, dia akan melakukan apa yang ingin dilakukan. Bellva pun mencoba mempraktekkannya. Ternyata benar, rasanya lega dan lepas.

"Ya udah, ayo."

"Mau?" Tania terkejut meskipun itu yang diharapkan.

"Jangan sok terkejut. Ayo!" ucap Belva. Setelah dia membayar baksonya, mereka segera meluncur menuju ke taman yang letaknya tidak jauh dari kedai bakso WADIDAW.

Setelah sampai di sana mereka mencari tempat duduk yang nyaman. Mereka berdua melewati jajaran jajaran bunga yang sedang bermekaran di samping kanan dan kiri. Suasana taman hari itu masih sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang berfoto di depan bunga-bunga.

"Duduk di situ yuk!" Tania menunjuk salah satu kursi taman yang berwarna coklat muda. Kursi itu terbuat dari kayu yang sudah dilapisi dengan pelitur.

Belva tidak menjawab hanya langkah kakinya terus mengikuti Tania kemanapun dia pergi.

Mereka berdua memilih untuk duduk di depan air mancur yang dibawahnya terdapat berbagai macam jenis ikan yang berwarna warni. Ditemani dengan pemandangan hijau, air mancur itu sungguh menyejukkan mata. Apalagi bagi Tania, pemandangan seperti ini benar-benar bisa menyirami hatinya.

"Yeay, akhirnya bisa jalan-jalan ke taman sama cowok paling keren di SMA. Paling keren dan paling jutek lagi. kayaknya aku harus berterima kasih sama LKS bahasa Inggrisnya Kak Belva. berkat dia, aku bisa diantar jemput sama Kak Belva," ucap Tania. Senyumnya kembali mengembang sambil menatap bunga-bunga yang ada di hadapannya.

"Hilih, modus. Tan, kamu nggak pernah sedih? Perasaan ketawa mulu, senyum Mulu. Nggak kering itu gigi." Belva menatap Tania yang tampak selalu ceria. Beberapa hari mengenal gadis itu, tak pernah sedikitpun Gadis itu menampakan kesedihan di hadapan Belva.

"Kesedihan itu bukan untuk ditampakkan. Buat apa? Kita punya cara untuk membahagiakan diri sendiri, dan berusaha menindas kesedihan dan airmata saat di depan banyak orang. Tawa kita bisa menciptakan tawa orang lain, itu bagus kan kak? Tapi kalau kita menularkan tangis, itu yang enggak bagus. Aku nggak mau itu." Tania berbicara dengan ceria dan berapi-api sambil menatap Belva, seolah Dia sedang benar-benar bahagia saat ini. hanya dia dan Tuhan yang tahu apa yang sebenarnya dia rasakan di dalam hati.

"Ish, sok bijak sekali kau. Aku nggak tau ya? Kenapa mau maunya, aku kamu ajak ke sini dan ke sana. Jangan-jangan kamu main pelet ya? Ngaku?" Selidik Belva sambil menunjuk muka Tania dengan jari telunjuknya.

"Kak Belva hidup di zaman apa sih. Bisa-bisanya percaya sama gituan. Mungkin karena auraku yang bisa menyihir kak Belva. Akuin aja. Oh iya Kak, memangnya benar ya Kak Belva sudah punya pacar?"

"Iya."

"pacar kakak besok nggak marah kan kalau kita jalan-jalan seperti ini?"

"Kalau tahu mungkin marah."

"Dan aku tidak peduli," ucap Tania sambil tertawa lalu ia berlari menuju bunga-bunga dan berusaha untuk menangkap kupu-kupu persis seperti anak SD. Lagi-lagi Belva hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum.