Plakk
Yang patut di salahkan jelas saja Nino, pria itu tak berusaha untuk meluruskan anggapannya yang salah kaprah.
Menoyor kepala Nino lantas menghardik. "Kenapa lo nggak ngomong kalo kisah Melisa udah happy ending, ogeb!"
"Hahah... Aku cuman pengen acara itu lebih berkesan buat kamu dan Melisa, Ar. Seenggak, kamu yang emosi karna Melisa di lukai orang lain bisa nunjukin kalo sebenarnya kamu masih sangat peduli pada kakak mu itu."
"Geli tau nggak sama rencana lo!"
Arka yang bergidik, setelahnya malah mengulas senyum tipis. Nino selalu saja menjadi yang tercerdik dalam menyelesaikan masalah. Balas dendam, pembelaan, ketulusan, dan cinta di babat habis dalam satu rencana.
Ya, meski pun dengan mengabaikan citra pria bernama Kemal itu yang tercoreng. Katakan saja sebagai ujian untuk mendapatkan kakaknya.
Sialan! Bahkan hatinya sudah menempatkan posisi wanita itu terlalu dekat. Kakak? Bukan lagi nenek lampir yang merecoki urusannya?
"Mika, mau ketemu sama bayi lucu?"