"Bye! Buat ke depannya kalian nggak usah lagi repot-repot datengin gue! Ngericuh doang tau, nggak!"
Arka yang marah-marah, yang malah membuat yang lainnya terbahak.
Nino yang mendekap kekasih tercintanya dari belakang, lantas makin membuat heboh tatkala menimpali. "Kalo nggak, tunggu beberapa tahun ke depan aja, mungkin kita yang bakalan nyusul kalian ke sana."
"Buat apa?"
"Ya nikah, lah!"
"Wohhoooo...."
Arka yang tersipu, memukul Nino yang membuatnya lagi-lagi di soraki. Gurat wajahnya menipu garang, meski nampak semakin sulit untuk meredakan sekujur tubuhnya yang tremor.
Perpisahan yang di hantarkan dengan begitu bahagia, meski tak begitu di harapkannya jika pertemuan lain akan terasa begitu menyesakkan.
Entah bagaimana, tiba-tiba saja Melisa mencegat di depan rumah sewaktu dirinya, Nino dan, Mika baru pulang dari bandara. Dengan keadaan sayu dan begitu pucat pasi, meski tatapan tajam masih tak berubah.
"Bisa bicara dengan mu? Untuk terakhir kalinya."