Hufhh... Arka pulang. Rasanya memang gubuk kecil itu pantas untuk di sebutnya rumah. Di mana senyum cerah menyambutnya. Yang paling di damba adalah sewaktu lengan terbuka yang menariknya pada dekapan hangat layaknya keluarga.
Arka benar-benar menyebut Margaret dan Farhan adalah bagian dari separuh hidupnya. Hingga rasanya menjadi suatu kewajiban untuknya memberikan seluruh berkat cintanya.
Sungguh, dengan beberapa nominal uang yang tak seberapa untuk menggantikan ketulusan Margaret membayar sekolahnya, rasanya masih tak akan sebanding dengan kasih sayang berlimpah yang di berikan wanita itu selama ini.
"Kamu benar-benar tak mengindahkan larangan ibu ya, Ar?"
"Mau bagaimana lagi? Arka memang sekeras kepala ini, bu."
"Jujur saja, ibu sudah menganggap mu sebagai anak kandung ibu sendiri. Harusnya balasan seperti ini tak di perlukan."