Yang membuatnya makin lengkap sialnya adalah saat pandangannya menangkap Melisa di salah satu meja pelanggan. Bangsat! Buat apa wanita itu datang lagi?
Menghindar, rasanya bukan saat yang tepat terlebih saat pelototan tajam masih intens mengawasinya.
"Selamat sore, ini daftar menu kami."
Bibirnya yang kaku di paksa tersenyum. Matanya mengawasi sekitar, sampai Melisa yang makin menguji kesabarannya akibat seringai yang menertawakannya itu.
"Wow! Gue bisa dapet perlakukan baik dari lo. Sumpah, gue kaget banget, Ar. Tapi sayangnya, kenapa hanya karena tuntutan apron yang lo pakek? Lo nggak bisa tolerir gue yang nyatanya kakak lo?"
Arka menggertakkan gigi, meredahkan posisi tubuhnya, lantas berbisik tepat di depan telinga Melisa. "Lo bisa diem, nggak? Bacot! Telinga gue bahkan langsung panas, terlalu peka kalo yang ngomong itu nenek lampir. Kakak? Lo masih anggep hubungan di antara kita ada?"
"Lo-" Melisa yang emosi lantas di potong seketika oleh Arka yang mempermalukan.