"Akhh!"
Tanpa persiapan, Nino melesakkan begitu saja kejantanannya ke dalam tubuh Arka. Seketika membuat pria mungil itu tersentak, belakang kepalanya terantuk permukaan cermin. Mulutnya menganga, matanya terbelalak lebar, jemarinya meremas lengan berotot milik Nino.
"Hikss... Sakit, No..." Arka sampai menangis, tubuhnya terasa di belah menjadi dua. Masih begitu kering, bahkan untuk beberapa saat ujung tumpul milik Nino yang melesat terlalu dalam tak bisa di gerakkan. Arka yang menangis bahkan menggigit leher Nino untuk meluapkan kesakitannya.
"Bangsat! Sakit..."
"Rileks, Ar..."
Nino dengan suara rendahnya membujuk. Mengecup dahi Arka, menuruni hidung. Pandangan intens keduanya lantas bertemu, Nino menghapus jejak air mata milik Arka yang menggenang. Beransur napas mereka makin menderu, titik intens keduanya menyasar bibir lawan yang begitu menggoda.