Plakk
Bolehkan Arka menampar Nino sekeras itu di depan teman-teman sekelasnya. Menghantam wajah, kalau perlu sampai merontokkan gigi pria yang terlalu sering di tampilkan hanya untuk meledeknya saja.
Buku tangannya sudah terkepal erat di sisi tubuh, hanya saja mental yang mendadak menciut dengan minim kemungkinan yang masih bisa terjadi kala Nino yang tak akan sedikit pun segan mencolok kedua bola matanya dengan ujung runcing gunting yang masih di jadikan senjata.
Memang, Nino memang sesadis pemikirannya, kan? Kalau pun perbuatan tak mewakili, cara bicaranya saja sudah cukup menjelaskan, kan?
Sekali lagi, pria itu melangkah terlalu dekat selayaknya seperti begitu mempedulikan. Meski lagi-lagi kenyataan menampar terlalu keras. Terang-terangan membidik senjata untuk memastikan hunusannya sampai menghancurkan sudut hati terdalam.
Melewati posisi wajahnya, berhenti tepat di depan telinga. Sekali lagi, Nino yang menjelaskan terlalu rinci tentang setiap langkahnya.