Sekali lagi menatap ponselnya, memastikan jika jalannya benar. Sama sekali tak ada dalam bayangannya jika Anton akan merencanakan sesuatu yang begitu matang untuk menyambutnya di depan rumah kosong. Begitu menyeramkan dengan lumut, dan sulur-sulur tanaman liar yang melengkapi.
Turun dari motor rampasannya, lantas meliarkan pandangannya pada ke sekeliling, sembari membatin,
"Brengsek! Tempat apa, nih!"
"Nyali kamu gede juga buat dateng sendiri," ucap Anton yang membuat Arka menatap pria itu dengan seringai sadisnya. Melipat tangan di dada dengan gaya meremehkan.
"Nggak juga, ngeladenin bajingan kayak lo emang nggak perlu nyali gede. Sorry aja kalo gue jujur, sebenarnya gue rada males gubris pengecut yang bertingkah kayak lo gini, bukan level gue. Kalo aja lo nggak bawa-bawa seseorang yang gue kenal."
"Jadi, wanita jalang itu udah punya pengganti?"
"Bukan urusan lo juga buat tau kehidupan Dinda setelah apa yang lo lakuin sampek dengan saat ini,"