"Herannya, gue malah ngerasa nyaman sama tuh orang yang blak-blakan? Gue nggak lagi nunjukin ciri-ciri cowok gampangan, kan?"
Dan bodohnya Arka malah mengucapkan pemikiran konyol. Apa pula dengan rona di wajahnya?
Arka pun kembali menjatuhkan kepalanya, sampai dengan surainya di basahi sampai membuat helainya jatuh layu menutupi sebagian dahi. Menyunggar poninya ke belakang setelah itu.
Menarik beberapa lembar tisu, menepuk di wajahnya dengan begitu kasar untuk menyadarkan dirinya yang mulai terasa hanyut terbawa arus.
Berjalan kecil-kecil dengan hentakan panik. Lengan kanannya terangkat, memukul-mukul tempurung kepala, lantas membuka pintu dan masih coba mempertanyakan diri.
"Nggak mungkin kalo di hati gue punya dua cinta, kan?!"
"Arka?"