Seingin-inginnya Arka untuk terbebas, tak mungkin sampai membuatnya bertindak bodoh dengan merogoh isi dalam celana pria itu, kan? Ya kalau yang di dapet memang kunci, tapi malah menyenggol sesuatu yang terkurung di sangkarnya? Apa tak makin cari perkara namanya?
Lagi pula di bandingkan mengadu keahlian bicaranya pada Ruben yang selalu ingin menang, lebih baik ia menurut, kan? Toh, yang di carinya memang tempat nyaman untuk menyelam mimpi di balik sisa sinar matahari yang masih menerangi.
Dan juga, tak terlalu buruk juga merasakan kehangatan dari dekapan orang lain selain Brian. Juga alunan detak jantung mereka yang saling bersahutan, semacam menjadi iringan lagu tidur.
Melupakan segala rencananya, Arka bahkan tak mendapati kesempatan saat ternyata kunci itu sudah terlepas, sangat dekat dengannya. Benar-benar sudah pulas, bahkan tanpa sadar lengannya membalas pelukan erat Ruben.