"Maaf-maaf. Aku ganggu kalian berdua, ya?"
Arka yang terbahak sambil guling-guling di kasur pun sontak berhenti, bangkit dari baringannya dan mengulas senyum pada Dinda yang merasa bersalah.
"Nggak kok, ini juga mau bangun."
Sementara Ruben yang memberenggut setelah menyadari harapannya pupus untuk kembali merasakan ciuman panasnya bersama pria mungilnya itu. Asupannya yang tanggung masih tak membuatnya bergas dalam menjalani hari.
Masih mencoba untuk membujuk Arka, menggenggam tapak tangan lembut remaja itu dengan mengerlingkan mata. "Tapi kayaknya lo masih harus istirahat total deh, Ar. Gue liat sekujur tubuh lo penuh lebam, di buat gerak dikit pastinya sakit banget, kan? Baiknya, nggak perlu repot-repot ke meja makan, biar gue aja yang bawain kemari, gimana?"
... Bener nggak sih, Din?" Sembari mencari dukungan pada Dinda yang kebingungan. Berpikir, benarkah sang kakak butuh jawabannya?