"Eunggh.... Bri..."
Brian yang mendengar suara merintih yang terdengar begitu seksi di telinganya pun melepaskan permainan, singkat meninggalkan bebas kemerahan yang di ciptakan dengan mendongakkan pandang, menatap Farhan yang begitu lemas hanya karena bagian pemanasan.
Beranjak dari remasan lengan di bokong kecil menggemaskan milik Farhan, tanpa di duga mengusap jejak air mata yang membasahi wajahnya.
Membuat debar jantung miliknya makin mengencang. Pandangannya begitu teralihkan, seperti merasakan keteduhan hati prianya yang memberi perhatian.
Brian lantas mengulas senyum, masih menipu untuk kembali melontarkan kalimat yang menjatuhkan Farhan yang telah naik ke atas awan.
"Ternyata sabun murahan yang lo pakek bisa di tolerir aromanya, nggak terlalu bikin ilfil walau cuman sedikit."
"Bri..."
"Cium gue," titih Brian sembari menakup kasar rahang kecil milik Farhan.
"Aku nggak bisa."
"Oke, kebaikan hati gue nggak ke ulang untuk kedua kalinya."