"Lah itu, padahal gue nggak punya keistimewaan sama sekali, napa lo masih aja usaha buat dapetin gue?"
Ruben hanya menggidikkan bahu, sementara rautnya nampak bertanya-tanya, sedikit tak yakin. "Entahlah, terkadang langkah gue suka telat nyadar. Lagian yang nyambil keputusan buat tertarik sama orang tuh bukan hati, juju yang lebih nggiring realistis."
"Siapa juju?"
"Yang lo pegang."
"Heh?"
Mengerlingkan mata, kemudian lirikan Ruben menggiringnya turun. Arka yang masih telat berpikir, lebih dari lima detik mengangkat kepalanya dan menatap genggaman tanggan yang tiba-tiba saja menyusup di antara titik berbahaya. Lebih mengerikannya, Ruben yang makin menekan tubuh bagian bawahnya ke arah Arka. Bagian lengannya yang tertakup ke atas, dapat dengan jelas merasakan bentuk yang di rabanya.
"Ahhh..." Sampai desah kepuasaan membuat Arka tersadar, ia yang lagi-lagi di kerjai oleh Ruben yang terlalu mesum.
"Huaaa...."
Plakk
"Sialan lo, bang!"