"Camkan ucapan saya baik-baik. Saya rasa kamu yang bodoh ini cukup bisa memilih jalan aman untuk kelanjutannya."
... Sekarang kamu boleh pergi."
Tanpa ingin basa-basi lagi, Arka pun lekas beranjak dari tempatnya, meninggalkan pak Anton yang beraura dingin meski tatapannya kembali tertuju ke arah sebuah kertas.
Ingin rasanya Arka membanting pintu, atau setidaknya mengobrak-abrik tatapan buku tebal yang berjajar di rak besar itu. Bagaimana Arka tak kesal, setelah pak Anton merepotkannya untuk datang menemui pria itu, dan sesampainya ia di sana, malah ancaman lagi-lagi di arahkan padanya.
Apa yang harus di lakukan? Bahkan Arka sama sekali tak memiliki titik terang untuk masalah ini. Cerita kepada ketiga kawannya akan lebih beresiko. Arka tak berharap segalanya tambah kacau jika lebih banyak tokoh yang terlibat.
"Emang aneh ya tuh guru. Gue yang nggak tau apa-apa kesannya malah di tekan kayak gini. Lagian siapa yang di maksud, sih?"
"Ekhem!"
"Eh, anj-"