Arka menangis sampai ketiduran. Tak menyadari bangun-bangun sudah berada di ranjang empuknya dengan berganti hari.
"Udah tidurnya?"
Arka yang terkejut saat membalikkan badan dan menjumpai wajah Nino yang begitu dekat dengannya, ujung hidung mereka yang nyaris bersentuhan. Kalau saja Arka tak menarik mundur, Nino yang membuka mulut mungkin sudah melahap bibir tipis milik sang kekasih.
"Gue tidurnya lama banget ya, No?" Tanya Arka dengan suaranya yang sengau. Dengan penuh kasih sayang Nino mengusap dahi milik Arka, setengah memijat dengan lembut.
"Nggak ada masalah, cuman khawatirnya kamu bisa pusing nanti."
"Tidur lama nggak bikin pusing, tapi mikirin nasib keluarga yang bikin gue nggak karuan. Sumpah, awalnya gue pikir mereka bisa hidup bahagia tanpa gue dan Mika. Tapi setelah gue tau kenyataannya, gue nggak tega liat mereka sengsara, No..."
"Jadi, pada intinya kamu maafin semua perbuatan mereka?"