"Nggak. Itu hanya sebelum-sebelumnya. Saat ini kamu cuman punya aku. Berapa kali pun, selama apa pun, aku akan hapus seluruh bekas sentuhan mereka sampek hilang. Perlu kamu camkan baik-baik, tubuh kamu cuman milik ku, sayang..."
Dan hanya dengan kungkungan tubuh berotot Nino yang mampu menarik Arka dari rasa takut yang begitu brutal mencekik.
Jemari kasar yang begitu hangat terasa begitu menenangkan. Perlahan-lahan mimpi buruknya semalam terhapuskan, menerima lumatan bibir Nino dengan begitu intens.
Buku jarinya perlahan melepas cengkraman. Bergelayut di tengkuk milik Nino, mendesah nikmat dengan tubuh yang terhuyung-huyung saat Nino bergerak memompa intinya.
Berbagi perasaan tulus dengan penuh kenikmatan. Arka menerima Nino menjadi obatnya atas traumanya.
"Lagi. Gue ingin sentuhan lo lebih banyak."
"Tapi kamu melupakan kata kuncinya. Panggil aku dengan mesra, Ar..."
"No... Aku ingin penis mu merojok ku milik ku. Penuhi aku dengan cairan kenikmatan mu, sayang...."