Semakin membuat Nino merasa bersalah. Arka bungkam di sepanjang jalan, pura-pura tak mendengar ucapannya. Bahkan pelukan lengan kekasih mungilnya itu terlepas begitu saja. Arka jelas-jelas marah karena menganggapnya yang lagi-lagi mengabaikan.
Tapi demi apa pun, apakah salah jika Nino untuk sesaat mengatur waktu lebih banyak untuk masa depannya? Lagi pula yang di lakukan pada Arka tak seburuk itu, kan? Mereka masih memiliki cerita panjang dengan pergumulan di atas ranjang.
Memasuki pintu, Nino yang terlalu lama menahan diri di sepanjang perjalanan pun sampai lepas kendali.
Menarik Arka, lantas menempelkan kekasihnya itu ke balik pintu. Lengannya mengungkung, lantas mencium Arka dengan begitu intens. Menyusupkan lidahnya, membelit milik Arka untuk menari bersama.
Mengusap benang saliva yang membasahi sudut bibir Arka. Kekasih mungilnya itu tak menolak, hanya saja kebungkaman Arka membuat Nino di liputi perasaan khawatir.
"Kamu cemburu?"
"Cemburu, tentang apa?"