Demi apa pun, Arka bukan orang yang terlalu baik hati sampai membuat Dafa begitu girang dan memeluknya erat malam itu. Jujur saja, sebagian kecil di dalam hatinya masih belum sepenuhnya merelakan akhirannya yang sama sekali tak menguntungkan untuknya.
Hanya saja seperti yang di katakan, keadaan membuatnya menyerah tanpa syarat. Mencoba meredam kecemburuannya, bukankah setiap orang punya waktu dan jalan bahagianya masing-masing?
Terlebih menjadi ujian terberat, jika sebelumnya hanya suara kali ini hatinya di tempa habis-habisan setelah melihat Ruben tepat berdiri di hadapannya.
Hanya bisa mematung di ambang pintu, memastikan penglihatannya tak terlalu mengkhayal. Bahkan sampai mengucek matanya lebih kuat untuk menyingkirkan kotoran mata.