Awalnya Ruben sama sekali bukan tipe ambisius untuk menggenggam kebahagian dunia sekaligus di tangannya. Ia sosok yang terlalu abai, bahkan terkesan hidup seadaanya. Bahkan yang di pastikan setiap pagi ia membuka mata, hanya decakan kesal saat mendapati napasnya masih sangat lancar. Berbotol-botol alkohol tak berhasil membunuhnya secara perlahan.
Sudah terasa sangat lama, saat sepi membunuhnya. Miliknya sudah sangat kacau, keluarganya lenyap di tangan lawan bertangan dingin.
Dor dor dor dor...
Satu... Dua... Tiga... Entahlah, Ruben tak menghitungnya. Suara tembakan bertubi yang hampir memecah gendang telinganya, masih terlalu belia untuk di paksa menjadi pelindung sang adik yang menjerit kesakitan seolah ikut merasakan peluru panas yang menghunus tubuh orangtua mereka. Ada banyak darah.
Bahkan rasanya tak sedikit pun Ruben mengingat tujuan hidup, miliknya begitu suram, tak ada sedikit pun kebahagian yang di rasakan. Hatinya nyaris mati rasa.