Menilik kepergian mereka untuk yang terakhir kalinya. Menghela napas panjang, yang kemudian menjatuhkan dahinya di bahu ringkih Farhan. Merengek pada sahabat terbaiknya itu, mendusel layaknya anak kucing yang meminta perhatikan.
"Tiba-tiba gue kangen tahu bumbu kacang buatan lo."
"Hahah... Iya-iya... Aku bikinin langsung sepulang kita sampek rumah nanti, ya!" Farhan memenuhi, yang kemudian tertawa ringan dengan mengacau surai Arka yang terasa lembut ditelapaknya.
Bohong kalau kesakitannya sudah membaik. Bohong kalau debu tipis yang memasuki mata membuatnya menangis histeris, alih-alih hatinya yang masih sangat sulit untuk di ajak kerja sama yang menjadi penyebab utamanya.
Arka sulit membayangkan ke depannya, jika raga yang sebelumnya masih bisa di gapai saja tak mampu membuat langkahnya beranjak untuk setidaknya memperjuangkan yang tersisa. Terlebih saat ini, Ruben sudah benar-benar berkomitmen dengan orang lain, kan? Apakah harapannya akan benar-benar mati untuk siapa pun?