Melihat hamparan air, kali ini berbeda dengan yang di lihatnya kemaren atau lusa. Gelombangnya nyata, menggulung begitu indah yang kemudian menyerbu pesisir. Pecah mengenai kakinya yang telanjang.
Terasa hangat, sementara matahari yang makin tinggi membuat kelopak matanya menyipit. Memandang hanya satu titik, di antara keramaian, Arka memandang terlalu jauh, pada bagian ujung yang seperti menyatu dengan awan.
Bumi itu bulat, walau Arka ingin sekali mendatangi tempat sunyi di sana, di sadari jika ia tak akan pernah menemukannya.
Demi apa pun, Arka hanya ingin ketenangan, seorang diri. Bukan malah di bawa pergi, langsung di hadapkan pada tatapan mencemooh kala Nino memeluknya dari belakang seperti sekarang.
Bukannya membujuk hatinya supaya bisa sedikit mereda dari pemberontakan, sikap Nino malah terkesan terlalu egois. Atau memang tuduhan buruknya benar? Pria itu hanya ingin memastikan dirinya hancur sehancur hancurnya?