Ruben di sana, berlari kencang dengan sigap memberikan pelukan mesranya sebagai tanda syukur Dafa masih bisa bernapas meski setengah tersengal.
Menepis kerumunan. Demi apa pun, Arka tak membutuhkan tangan-tangan asing yang menyelamatkannya. Yang di butuhkan hanya perhatian Ruben dengan penuh kekhawatiran.
Bodoh! Harusnya Arka tak banting setir, kan? Harusnya ia lebih cermat menghabisi batas terkecil pergerakan Dafa. Alih-alih menyingkirkan bajingan itu, hatinya malah tercabik-cabik tanpa menyisakan bekas.
"Bang-"
Bughh
Senyum tipisnya lenyap. Kepalanya di hantam oleh kepalan tangan yang biasanya mengusap tubuhnya begitu sensual itu.
Ruben mendatanginya hanya untuk memberikan pelajaran, Arka telah berhasil memancing titik batas kesabaran pria itu.
Raut merah padam dengan tatapan tajam yang tepat menghunus jantungnya. Bahkan cengkraman Ruben di kedua lengannya terlalu erat, seakan berniat untuk menghancurkan tulangnya.