"Oke, kayaknya lo yang paling bahagia banget saat lihat bang Nino malah nembak kakak gue, kan?" Tuduh Arka dengan pura-pura merajuk, menjapit bibir bawah milik Brian sebagai pelajaran.
Meski setelahnya Arka di buat ketar-ketir, Brian dengan mimik wajah serius. "Berarti gue orang yang lebih jahat. Nyatanya, di bandingin mikirin cara ngehibur lo, gue malah uforia dengan kenyataan itu, Ar. Gue nemuin peluang buat dapetin lo lagi saat itu."
Arka bungkam, sejenak tak menemukan kata yang tepat untuk menepis ucapan Brian. Tatapan dalam yang sama sekali tak berubah sejak awal. Bergairah, memikat, menyelamnya lebih dalam untuk berbuat macam-macam. Menjadi sangat sulit saat keterdiamannya bahkan di salah pahami. Brian mendorongnya, membenturkan belakang tubuhnya ke bilik pintu, sampai sepersekian detik mulutnya di bungkam. Napas tertahannya nyaris habis, dadanya sesak. Dan Brian yang kalap masih terus melumat bibirnya, kasar, terburu-buru.