Chereads / Pacar Incaran / Chapter 19 - Sentuhan Nino

Chapter 19 - Sentuhan Nino

Seperti menjadi kebiasaan, setelah sampai di area sekolah dengan Arka yang di bonceng Brian dengan motor matic, sementara Zaki dan Yuda yang menjatuhkan standar dengan motor keduanya yang berganti sport.

Brian tak bisa mencibir, hanya saja bibirnya yang terus menggerutu dengan tatapan iri memandang kepunyaan kedua kawannya yang menyita perhatian.

Yang sedikit pun tak jadi masalah untuk Arka, bisa sekolah tanpa repot naik bus karena motornya yang di sita sudah cukup di syukuri. Lebih-lebih papanya yang paling tampan itu berbaik hati dengan kembali memberinya uang saku. Yang artinya bisa di tabung untuk buat parfum, kan?

Tanpa berniat beranjak dari jok motor, bak preman yang kompak mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan seseorang yang mereka incar, siapa lagi kalau bukan pujaan hatinya Arka?

"Yang harus lo lakuin secepatnya, buat bang Nino nyadar kalau ada kehadiran makhluk Tuhan yang ala kadarnya kayak lo ini, Ar."

Plakk

Arka lantas menampol kepala Brian yang membelakanginya. Yang kemudian menguyel wajah Brian dengan ganas.

"Minta di sabet nih mulut. Atau mata lo yang minta di geser pupilnya biar natap gue makin jelas? Kurang apa tampilan gue dari deskripsi pria tampan?" sungut Arka sembari memutar leher Brian untuk menatapnya yang bergaya.

Takkk

"Ah-ah! Keceklak nih pala, Ar!"

"Masih mending nggak gue patahin!"

"Dih, marah?"

Brian yang turun dari jok motor, yang lantas mencubit pipi menggembung milik Arka yang cemberut dan langsung menyingkirkannya. Yang masih coba membujuk, terus mengikuti pandangan yang terus menghindar dari Arka.

"Tapi yang di ucapin Brian ada benernya juga lo, Ar," Yuda yang akhirnya ikut menyahut.

"Tapi kan dia udah tahu nama gue, Yud."

"Ya... Kalau nama lo di simpen dalam memori ingatannya, kalo cuman sekedar di ketahui beberapa hari, doang?"

Jleb banget, kan? Dan kemungkinan besarnya Nino memang mengingatnya dalam jangka waktu se singkat itu.

"Ya, trus? Gimana?"

"Nih!" Arka yang kebingungan, dan malah di berikan sebuah buku oleh Zaki?

"Zak, gue lagi pusing mikirin perasaan cinta gue yang nuntut nggak tahu dirinya, sementara lo malah ngasih gue buku bacaan? Mau bikin gue tambah punyeng?"

"Baca judulnya."

"Cara mendapatkan pria idaman. Seriusan, gue harus ngelakuin ini?" Arka sedikit tak yakin dengan cara tertata yang jelasnya tercatat di tiap lembar yang di pintai terbuka.

"Pilihan, kita-kita kan cuman bisa ngedukung lo," timpal Zaki sembari mengangkat ringan kedua bahunya.

Arka pun membuka halaman pertama, singkat membahas hal sama yang di katakan oleh Brian. Percaya diri dengan penampilan dan pembawaannya, dan perlahan menunjukkan ketertarikan?

"Eh, ngomong-ngomong, lo udah pernah praktekin nih buku, Zak?" tanya Arka yang tiba-tiba saja penasaran. Pasalnya di beberapa bagian terdapat tanda yang di beri warna stabilo, begitu pun di halaman selanjutnya.

"Hayoloh...! Jangan-jangan lo lagi usaha buah deketin seseorang juga, Zak?" Brian pun gerak cepat untuk menggoda.

"Nggak ah, ngapain? Orang gue colong nih buku dari rak buku kakak gue."

"Ciusan?" Yuda menaikturunkan kedua alisnya. Sementara Zaki yang tak sedikit pun tergoyah hanya menampakkan wajah datarnya saja.

Brumm Brumm Brumm

Sementara di sisi lain perhatian Arka sudah teralih pada arah pintu masuk gerbang. Seorang pria dengan tunggangan mahalnya yang membuat semua siswa terkesima. Siapa lagi kalau bukan Nino?

"Tuh, pangeran lo dateng!"

"Sumpah, dari cara ngelepas helm aja udah bikin gue ketar-ketir. Napa abang lo kharismatik banget, dah!" sahut Arka yang sudah seperti hilang dari peredaran. Jiwanya melayang bersamaan dengan gerak memperlambat sepersekian detik dari Nino yang menyunggar surai berantakannya. Terlebih alam yang ikut ambil bagian, kenapa hembusan angin seperti ikut menghantarkan iringan lagu romantis yang membuat Arka tersipu?

"Dah lah! Jangan jadi pengagum rahasia kayak gini, geli gue jadinya. Cepetan maju! Yang gentle!" dukung Brian yang langsung menarik Arka untuk bangkit dari atas duduknya.

"Kalian pikir gue bakalan berhasil?"

"Nggak ada yang nggak mungkin. Doa dalam ati yang penting." Zaki turut meyakinkan.

Sementara sedikit pergelatan terjadi di dalam pikirannya. Sedikit tak percaya diri untuk menyatakan ketertarikan pada sesama jenis, Arka juga takut dengan resiko kebencian. Tapi hatinya yang telah menanti selama tiga tahun tak bisa begitu saja di abaikan, kan?

Yang akhirnya satu langkah mengawali gerakannya. Ya, dari pada suatu hari nanti Arka menyesal karena tak sekali pun melakukan pergerakan.

"Jangan lupa goyangin bokong semok lo, Ar! Biar doi kepincut."

Eh? Suara laknat apa barusan? Sontak saja Arka menolehkan pandangannya, menatap tajam pada Brian yang malah tertawa girang.

Fuck!

Arka pun mengacungkan jempol yang di selipkan di antara ruas jari telunjuk dan tengah. Kalau saja tak di pertengahan jalan, pastinya Arka sudah menyeruduk Brian yang sudah membuatnya malu dengan teriakan kencang yang tak senonoh yang jelasnya menarik perhatian semua siswa yang memenuhi area parkiran.

Brakkk

Sesuatu yang keras menghantam Arka hingga beberapa langkah kakinya mundur. Sesosok tegap menyambut pandangannya yang perlahan menyusur naik. Kontur wajah tegas, dengan pandangan setajam elang yang balas menatapnya. Masih dengan kode yang mesum yang kali ini tepat di hadapan Nino. Apa?

Gawat! Sejujur tubuh Arka menjadi sangat kaku. Raut wajahnya jatuh, namun masih tak mampu menurunkan kode tak senonoh dari tangannya.

Kemarin bokong gemasnya yang di remas, sekarang telapak tangan besar itu menakup pergelangannya. Hampir saja Arka pingsan di tempat. Nino yang kembali memberikannya petuah seolah tengah membimbing privat, atau teguran dengan cara sindiran halus?

"Kayaknya acara kemarin masih kurang menerapkan tentang kedisiplinan dan sopan santun."

Sial! Arka hanya bisa gigit jari saat suara husky itu berganti tertangkap pendengarannya. Gawat, Arka ingin menjerit kegirangan saat ini.

"Kali ini di maafkan. Lain kali jangan gitu lagi, ya!"

Sudahlah, tenggelamkan Arka ke rawa-rawa. Sekujurnya sudah tak bertenaga, hampir meliuk jatuh terlebih saat Nino meninggalkannya dengan usapan lembut di sela rambutnya.

"Sialan! Kenapa kalo tegang selalu kebelet pipis, sih?!"

"Pagi-pagi sagne lo? Mau gue anterin ke kamar mandi sekalian duet sama gue, nggak?" Brian datang dari belakang dan langsung merangkulnya. Balas memperjelas maksudnya dengan gerakan tangan mengocok tepat di depan pen*s.

Brian memang tak waras, untung saja kali ini Yuda dan Zaki mewakili kekesalannya dengan menyembur Brian dengan tampolan. Lagi pula Arka juga tak ingin mensemukan kebahagiannya saat bisa berinteraksi dengan Nino. Juga dengan moment yang bisa di kenang seumur hidup.

"Kalian tadi lihat, kan? Nino pegang tangan gue, usap rambut gue pula! Menurut kalian, besar kemungkinan gue buat dapetin dia, kan?"