"Ya, abisnya kakak lo bangsat! Tiba-tiba jebak gue dalam situasi di mana semua orang nyaris ngeroyok gue dengan lemparan gelas berisi sisa cairan memabukkan, belum lagi cacian terpedas cuman karena orientasi seksual gue yang beda."
Tak mungkin Arka mengatakan luapan kekesalannya terlalu jujur, kan?
Sampai kedua sudut bibirnya hanya sanggup berkedut menahan deretan makian kasar untuk ketiga kawan-kawan pengkhianatnya. Dengusan kasarnya coba di kendalikan, mengalihkan tatapan melotot tajamnya untuk menatap Dinda penuh binar bahagia. Terlebih saat gadis itu tak segan melemparkan tubuh ke dalam dekapannya.
"Tolong maklumi rencana kak Ruben, ya. Sungguh, dia tak bermaksud macam-macam seperti mempermalukan kamu atau segala hal negatif yang saat ini kamu pikirin."
Dinda mengatur sedikit jarak, menakup wajah Arka dengan mengulas senyum lebar dengan kerlingan mata menggoda?