Sampai pada percobaan yang entah sudah keberapa, pada akhirnya Gian menyerah. Ia berfikir untuk lain kali mencoba menghubungi Mamanya itu.
Sekarang, tubuhnya yang kembali berdenyut sakit karena luka bekas kecelakaan menjadikan rasa kantuk sebagai peringatan agar dirinya beristirahat.
Tidak berniat untuk berbaring di tempat yang lebih nyaman, Gian memutuskan untuk tidur tepat di samping Gino juga di dekat Gina.
Rasanya seperti sudah lama sekali semenjak pertengkaran di ruang rawat miliknya, Gian dan kedua adik kembarnya tidur nyenyak bersama-sama. Dan pada kesempatan kali ini, Gian ingin merasakan ketenangan barang sejenak sebelum menerima beban hidup lagi besok.
Dengan mata sayunya dan tangan yang masih mengelus kepala Gino, Gian tersenyum tipis. Senyum penuh kebahagiaan tatkala mengingat memori tentang bagaiaman romantisnya Mama-Papa mereka sebelum sang Papa tiada.
"Gina," bisik Gian di tengah rasa kantuknya.