"Udah cukup ... " Gino menghela nafas lelah kesekian kalinya.
"Cukup, Gina. Jangan ngomongin omong kosong lagi. Kakak capek." Pada akhirnya, Gino yang sedari tadi berada di ambang pintu berniat keluar dari kamar Gina, malah berbalik lagi masuk kedalam.
Remaja laki-laki itu memijat pangkal hidungnya yang pening, lelah dengan kenyataan yang ada dan lelah karena sikap Gina yang sampai seperti ini hanya karena kekasih juga kehidupan pribadinya.
Gino menghampiri dispenser kemudian mengambil air untuk ia minum.
"Ternyata kakak susah banget buat dibilagin." Bisikan lirih yang sangat kecil itu masih dapat didengar oleh Gino karena suasana kamar yang amat sepi. Bahkan nafas mereka yang naik turun dapat terdengar sampai telinga saking heningnya.