"Gina ... Gina bangun, cantik."
Sayu-sayup, Gian daoat mendengar sebuah suara yang sangat familier di telinganya. Keingnya terlebih dahyulu menegrut sebelum matanya terbuka perlahan. Masih dengan keling-lungannya atas apa yang terjadi, pemandangan yang Gina lihat pertama kali adalah wajah Dokter Hani.
Atau yang Gina sebut sebagai ibunya sekarang.
Tengah menatapanya penuh kekhawatiran. Gina juga bisa melihat di belakang Dokter Hani, terdapat Key yang juga memberikan sorot mata yang sama.
"Kenapa bisa tidur di bawah lantai?"
"Hm?" Gina berdehem, masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang hilang selama tertidur tadi.
"Kamu kenapa, sayang." Dokter Hani membantu Gina untuk duduk.
Sedangkan Gina sendiri tidak tahu kenapa ia bisa tertodur di atas lantai seperti ini. Di tambah dengan selang infus yang lagi-lagi mengeluarkan darah. Entah sudah berapa banyak bekas luka akibat tusukan jarum yang ada di tangannya.