Mereka berhenti di depan sebuah jeruji besi yang sudah berkarat, di ikat dengan rantai yang juga sudah berkarat, dikunci dengan gembok berkarat berukuran besar, yang belum pernah dilihatnya. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat sesuatu dari celah-celah jeruji tua itu, sebuah balkon kecil dengan pembatas batu, dan tampak tidak ada yang lain. Jeruji itu hanya sebuah pintu untuk menuju ke balkon di seberangnya. Liam berjongkok, menarik salah satu batu bata pada jalan di bawahnya, dia mengulurkan tangannya yang lain, dan mengambil sebuah kunci kemudian membuka gembok itu, menarik rantainya, dan menjatuhkannya di lantai batu dengan bunyi gemerincing disertai gumpalan debu..
Saat mereka melewati jeruji itu, Lyra mengamati sekeliling. Dugaan dia benar. Tidak ada apa-apa selain jalan kecil yang menuju ke balkon itu, gelap dan berbau busuk. Liam menyalakan satu obor lagi yang menggantung di dinding, dan dia berjalan ke pembatas batu sementara Lyra mengikuti dari belakang. Di depannya nampak seperti sebuah ruangan yang sangat luas. Namun ia tidak bisa melihat apa-apa, terlalu gelap, dan balkon itu menjulang tinggi, bahkan Lyra tidak bisa melihat dasar dari ruangan besar itu saat dia mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Tempat apa ini?" Tanya Lyra.
"Kau yakin ingin menyusul pasukan Sicarius dan membantu mereka?" Kata Liam.
Lyra mengangguk dengan mantap.
"Ulurkan tanganmu ke depan!"
Lyra mengikuti perintahnya, dan ketika tangannya sudah melewati pembatas, tiba-tiba saja Liam menyayat telapak tangannya dengan sebilah belati. Lyra memekik terkejut sekaligus kesakitan.
"Apa-apaan kau!" Lyra meringis memegangi tangannya yang sobek, perih dan licin oleh darah. Ia merasa ingin menangis.
Liam menarik tangannya lagi melewati pembatas, kali ini Lyra mencoba melawan, tetapi sia-sia karena tenaga ksatria itu jauh lebih kuat dari pada dirinya. Darah mengalir dari luka sobek di telapak tangannya , jatuh ke bawah, dan menghilang di kegelapan .
Tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh besar disertai dengan raungan-raungan dari bawah. Dia menatap Liam dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa itu?" tanyanya. Rasa penasaran telah membunuh rasa sakitnya.
Liam melemparkan obor ditangannya, keluar dari pembatas, dan saat obor itu melayang di udara, Lyra bisa melihat sesuatu di bawahnya. Ia tersentak saat obor jatuh di atas kerumunan makhluk seperti manusia, namun memiliki wajah yang menyeramkan; mata putih, kulit pucat, cairan hitam kental keluar dari mulut mereka dan tubuh mereka ter-tutupi debu yang sangat tebal. Itu monster yang ada dimimpinya. Sama persis. Dan jumlah mereka sangat banyak, tampak seperti jutaan monster. Mereka meraung, menjerit, menggapai-gapai kearahnya seolah-olah mereka hendak menangkapnya.
"Makhluk apa itu?" tanya Lyra, tak percaya bahwa monster di mimpinya ada di kerajaannya.
"Gathorbeast, (Zombie)" Liam menjawab.
Lyra menatapnya. "Mengapa ada monster di dalam kerajaan Askara? Dan mengapa jumlah mereka sangat banyak?"
"Aku tidak memiliki banyak informasi tentang Gathorbeast ," Liam menjelaskan. "Yang aku tahu mereka semua penduduk Askara. Setidaknya dulu sekitar tujuh ratus tahun yang lalu. Ketika Raja Mathias ke -6 naik takhta. Saat itu kerajaan terkena semacam penyakit menular yang mengerikan. Belakangan aku baru tahu jika ini sejenis wabah terkutuk. -- Dimana orang-orang yang terinfeksi akan mati dengan cepat dan mereka akan bangkit kembali sebagai Gathorbeast."
"Setengah kerajaan saat itu hancur," Liam melanjutkan. "Kota-kota dibanjiri darah. Orang-orang berubah menjadi Gathorbeast dan mulai menularkan wabah ke seluruh kerajaan . Xena berhasil mengurung mereka semua disini dengan sihirnya, dan mengisolasi tempat ini dari siapapun."
Dia berpaling dari Lyra, menaruh kedua tangannya di pembatas batu.
"Itulah sebabnya hutan yang tadi kita lewati sangat menyeramkan. Xena yang menyihir tempat itu agar tidak ada satu orang pun yang berani melewatinya dan menemukan tempat ini."
"Lalu kenapa kau bisa mengetahui tempat ini?" tanya Lyra.
"Aku lahir dari Klan Ancoft. "ujar Liam. "Keluargaku sudah mengabdi kepada seluruh keturunan Raja Mathias selama ribuan abad. Leluhurku menyimpan catatan tentang makhluk ini. Tidak banyak. Tapi setidaknya cukup untuk melindungi Raja dan keluarganya."
"Apa monster ini ada hubungannya dengan misi yang diberikan ayahku kepada kesatuan Sicarius.?" Tanya Lyra. Hatinya dibanjiri kepanikan.
Liam merundukkan mata, dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Liam jawab pertanyaanku!" Lyra menuntut, mengguncangkan tubuh Liam, walau tidak ada pengaruhnya sama sekali karena tubuh Liam yang tinggi dan besar.
Liam menghela napas lalu mengangguk.
"Ya," katanya. "Mereka dikirim untuk membunuh semua Gathorbeast yang mendekati Askara."
Lyra berbalik dan berlari, meninggalkan Liam yang masih mematung di tempatnya berdiri. Ia harus menyusul pasukan Sicarius, ia akan memperingatkan dan membantu mereka sebisa mungkin. Ia tidak pernah membunuh apa pun – baik hewan apalagi manusia. Namun ia bisa berguna di medan pertempuran, dia bisa merawat pasukan yang terluka. Dia tidak sehebat tabib kerajaan, tetapi Lyra sedikit tahu seni penyembuhan, dan itu akan sangat berguna di pertempuran besar seperti saat ini.
Saat Lyra berlari, hampir mencapai jeruji tua itu, tiba-tiba ada sepasukan Pengawal yang mencegatnya, berjumlah lima orang, memakai baju zirah perak dan putih. Mereka berdiri tepat di ambang pintu.
"Misi Arthur dan kesatuannya adalah membunuh semua Gathorbeast, "kata Liam berjalan mendekat. "Sedangkan misiku, memastikan keluarga raja tetap aman di dalam istananya."
Liam mengangguk kepada Pasukan pengawal. Mereka berderap dan memegangi kedua lengan Lyra.
Lyra meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman anak buah Liam, kemudian dia menatap Liam, yang juga menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Bawa tuan putri ke kamarnya," Liam memberi perintah kepada Pasukan Pengawal.
Anak buah Liam bergegas mematuhi perintahnya, membawa Lyra pergi dari tempat itu sambil terus berteriak protes sepanjang jalan.
"Tidak!" teriak Lyra, berusaha melepaskan diri dari Pasukan Pengawal..
"Kau harus membiarkan aku pergi. Kau tidak tahu apa pun. Banyak pasukan kita yang akan mati. LIAM!! LIAM!!!"
====÷÷÷====