Pernikahan bukan hanya sebatas status saja, bukan hanya penyatuan hubungan antar kedua lawan jenis. Tidak, tidak sesimpel itu pastinya. Pernikahan jauh lebih berat daripada itu. Ada hubungan baik antar dua keluarga yang menjadi pondasi terhadap hubungan ini. Jika pondasinya baik, maka hubungannya pun akan semakin baik. Pernikahan juga bukan hanya menjauhi zina, tetapi tentang pertimbangan dan pertanggungjawaban. Sangat disayangkan sekali jika banyak orang yang memerintahkan anak muda untuk segera menikah guna menghindar dari zina. Hei, tidak seperti itu konsepnya. Tidak sedang membenarkan para anak muda yang pacaran lama, tetapi sedang membicarakan pernikahan yang harus berpikir matang. Karena pada dasarnya, berusahalah menikah satu kali dalam seumur hidup.
Shareen yakin jika seseorang sudah mengambil langkah untuk menikah, artinya mereka sudah yakin dengan semua hal yang berkemungkinan terjadi. Salah satu contohnya tentu saja Mikael yang hari ini akan melangsungkan pernikahannya. Mikael sudah berpikir panjang jika yang ia putuskan adalah hal yang paling tepat. Mikael sudah meyakini jika hidupnya sampai hayat nanti akan bersama dengan Bryan, Shareen serta Citra pun hanya bisa mendoakan untuk keduanya saja. Mereka turut bahagia dengan keputusan sahabatnya ini.
Hari ini hari di mana sebuah janji suci akan diikrarkan oleh seorang pria bernama lengkap Bryan Arcolando kepada gadis pujaannya yang saat ini sudah menggunakan kebayak putih dengan make-up ayu yang menghiasi wajahnya. Kedua wanita yang berada di sebelah pengantin itu bertepuk tangan saat make-up sudah selesai. Mereka nampak excited dengan hari sakral ini.
"Cantik banget sih sahabat gue yang satu ini!" puji Shareen sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Gadis berkebayak serupa dengan Citra itu langsung membidik gambar Mikael yang sudah cantik lewat ponsel keluaran terbarunya. "Cie yang mau nikah! Awas ya kalau nanti lo lupa sama kita! Awas juga kalau nanti lo enggak siaran langsung pas malam pertama!" ledek Shareen dengan tubuh yang menyenggol Mikael.
Pengantin dengan make-up tebal itu hanya diam saja, tak menjawab apa pun juga yang disampaikan oleh Shareen, membuat sang empu yang sedang mengajak bicara langsung memberikan kode kapada Citra, bertanya tentang keadaan Mikael yang sunyi. Citra yang tak tahu pun hanya bisa mengangkat kedua bahunya, tak mengerti dengan apa yang terjadi.
Hari ini baik Shareen maupun Citra belum mendapatkan suara yang keluar dari bibir mungil milik Mikael. Gadis yang hari ini sebagai pengantin perempuan itu hanya diam saja, bahkan saat diajak berbicara seperti ini, tak ada balasan apa pun juga.
"Mik!" Merasa ada yang aneh karena sahabatnya ini terus melamun, Citra langsung menepuk pundak sang manten, jengitan kaget dari sang manten langsung dapat dilihat saat itu juga.
"Astaghfirullah," lirih Mikael sembari memegang kepalanya yang terasa berat. "Gue ke kamar mandi dulu ya," lanjut gadis tersebut dengan berpamitan.
"Oke, gue sama Citra ke bawah dulu, ya. Mau liat apa semuanya udah siap atau belum," balas Shareen dengan senyum tipisnya.
Mikael hanya mengangguk setuju, seperkian detik kemudian tangannya meraih kedua tangan milik Citra dan Shareen, dari raut wajahnya gadis itu terasa sendu sekali, entah sendu karena apa. "Thanks ya kalian udah jadi sahabat terbaik gue selama ini. Makasih udah bantu berbagai macam kegiatan gue, sorry banget kalau selama ini gue banyak ngerepotin, banyak buat kalian susah."
Hal tersebut wajar sekali diucapkan bagi seseorang yang akan menikah, kan? Mereka akan melangkah ke kehidupan yang baru, tentu saja akan banyak mengucapkan terima kasih pada pijakan mereka yang lama. Berterima kasih pada kehidupannya.
Shareen memukul lengan Mikael dengan kesal, anak muda yang kali ini tak lagi memakai kacamata coklatnya itu terkekeh pelan dengan pelukan yang berada di ujung kekehannya. "Lo kayak sama siapa aja," komentar Shareen sehingga membentuk percakapan. "Tenang aja, kali. Kan kita sahabat, kita pasti selalu ada di saat lo susah maupun senang. Kita turut bahagia sama apa pun langkah yang lo ambil. Asalkan setelah ini lo jangan ninggalin kita mentang-mentang udah nikah."
"Bener banget!" sahut Citra dengan kuat. Gadis yang biasanya dingin serta cuek itu nampaknya kekeuh sekali dalam memberikan suara pada apa yang dibicarakan oleh Shareen. "Kalau lo ninggalin kita, unfriend kita, Mik."
"Haha, enggak akan. Udah, kalian ke bawah gih! Gue mau ke kamar mandi bentar."
"Butuh bantuan? Bakalan ribet kalau lo gak dibantuin orang loh, Mik." Kali ini Citra menawarkan sebuah bantuan pada sahabatnya.
Mikael menggeleng dengan cepat. "Enggak usah. Gue bisa sendiri, lagian nanti gue bakalan minta bantuan ke make-up artist gue."
***
Keadaan hari ini sangat ramai sekali, semua orang yang diutus untuk membantu pun mengerjakan kegiatannya dengan baik. Saat ini Shareen dan Citra sedang berjalan menuju stand makanan, mereka tergiur dengan beberapa menu yang disajikan di sana, menu yang beragam semakin membuat pesta ini terasa sangat mewah sekali.
"Nanti gue yakin sih pas pernikahan lo bakalan lebih ramai daripada ini," komentar Citra sembari menepuk tangan Shareen. "Ini aja udah mewah banget, emang Bryan beneran kaya ya, enggak kayak yang kita tuduh dulu pas awal pacaran sama Mikael. Lagian pas awal pacaran Bryan pelit banget makanya kita kira dia orang miskin yang pura-pura kaya."
Tawa Shareen langsung pecah kala mendengar ucapan dari Citra yang membawanya ke masa lalu. "Haha, lo inget aja kejadian dulu! Lagian Bryan medit banget ya dulu, makan aja enggak mau bayarin Mikael, makanya kita kira miskin."
Dari awal perjalanan cinta antara Mikael dan Bryan, Citra serta Shareen memang menuduh Bryan hanya main-main saja, Bryan menipu supaya dapat dikatakan kaya, namun nyatanya hari ini membuktikan semua tuduhan yang Shareen serta Citra layangkan dahulu kala. Hari ini Bryan membuktikan jika dirinya memang serius dengan Mikael, pun dia adalah pria kaya nan sukses.
"Shareen, Citra, penghulu sama wali hakimnya sudah datang dan sudah siap. Kalian bisa cepetan bawa Mikael ke bawah, kan? Acaranya udah mau dimulai." Perkataan Dira yang notabenenya adalah tante dari Bryan membuat percakapan di antara Shareen dan Citra terputus, kedua gadis tersebut mengangguk dengan paham. Sebagai seorang bridesmaid ini tentu saja tugas mereka.
"Oke, Tante. Kita panggilin Mikael dulu ya."
***
"Aduh!" Kebayak putih yang sedang Shareen kenakan tersangkut pada tangga yang melingkar di gedung tersebut, membuat atensi Shareen dan Citra mengarah ke sana. "Yah, ini gimana dong? Susah banget dilepasinnya," kata Shareen dengan jujur, tangannya terus menarik kebayak putih yang tersangkut tersebut namun hasilnya tetap nihil.
"Biar gue bantu." Naluri sahabat kala sahabatnya sedang dalam kesusahan tentu saja terus berniat membantu, namun bantuan yang dikirimkan oleh Citra pun tak berhasil. Kebayak yang menyangkut tersebut sangat sulit sekali dilepas. "Gak bisa, Reen. Gimana dong ini?"
"Udah lo ke kamarnya Mikael aja dulu, nanti kalau udah berhasil dilepas gue nyusul ke sana, daripada kelamaan nunggu ya kan, kasian juga penghulu sama wali hakimnya," saran Shareen serta menjadi sebuah perintah.
"Oke." Dengan sangat gesit Citra langsung menaiki anak tangga kembali, ia berlari ke arah kamar Mikael berada, sedangkan di sini Shareen berusaha untuk melepaskan sangkutan antara kebayak dengan pegangan tangga.
Waktu berlalu cukup lama, namun kebayak yang Shareen gunakan masih belum bisa terlepas dari tangga, gadis itu dengan sangat kasar, namun ternyata yang dilakukan Shareen adalah suatu kebenaran karena kebayak itu bisa terlepas dari jeratan tangga. "Huh akhirnya." Dengan sekuat tenaga Shareen langsung menaiki anak tangga kembali dan berlari ke kamar sang penganten.
"Reen, Mikael enggak ada di sini!"
DEGGG!!!
Tubuh Shareen seketika membeku saat mendengarkan teriakan Citra, ini semua sama persis seperti apa yang berada di dalam mimpinya. Apa yang akan terjadi ke depannya? Apakah mimpi yang katanya buah tidur itu akan menjadi masalah besar dan menjadi sebuah kenyataan?
"Kita cari di kamar mandi, Cit. Dia kan tadi pamit ke kamar mandi, mungkin emang lagi kesusahan," balas Shareen sebisa mungkin untuk tetap berpikiran positif. "Ayo!" Kedua gadis yang menjadi bridesmaid itu berjalan ke kamar mandi belakang, tempat di mana Mikael pamit untuk membuang air kecil.
"Loh, kalian belum turun, Mba? Udah ditungguin sama orang-orang di bawah, belum manggil Mba Mikael juga?" Tiba-tiba saat berada di tengah perjalanan menuju kamar mandi, Shareen dan Citra bertemu dengan make-up artist yang mendandani semua orang di acara ini. Gadis tersebut kaget bukan main. Jika sang make-up artist ada di sini, maka Mikael bersama dengan siapa?
"Mba, Mikael mana?" tanya Citra dengan sekali ceplos saja. "Tadi dia pamit ke kamar mandi, mau buang air kecil, pas kita niat mau bantu, dia bilang bakalan minta tolong sama mba aja," lanjutnya.
Mba make-up artist tersebut terlihat sangat khawatir bukan main, ia bahkan sampai menutup mulutnya yang kaget. "Dari tadi saya ada di bawah, make-up keponakannya Mas Bryan, gak ada ketemu sama Mba Mikael."
Tamat sudah, apa yang ada di mimpi benar-benar terjadi. Shareen dan Citra hanya bisa mendesah pasrah, apa yang sebenarnya terjadi dengan Mikael sampai gadis itu berbuat senekat ini?
"Cit ... mimpi gue," bisik Shareen dengan nada berat. Tubuhnya langsung merosot begitu saja dengan hati yang berdetak tak karuan. "Ini pasti cuman mimpi lagi kan, Cit? Mikael enggak mungkin kabur kan, Cit?"
"Gue berharap gitu juga, Reen."
Hancur sudah, mereka sudah tak tahu Mikael pergi ke mana, mereka pun tak tahu apa yang terjadi antara Mikael dengan diri wanita tersebut, apakah alasan di balik ini semua? Ini semua benar-benar sangat cepat sekali berlalu, padahal beberapa menit lampau mereka masih bisa memeluk Mikael dengan sangat erat.
"Sekarang kita harus gimana, Reen? Gue gak tau apa pun juga. Keadaan di bawah udah ramai, keadaan di bawah juga udah banyak awak media, acara udah mau dimulai, kalau batal gitu aja kasian sama keluarga Bryan, kan? Mereka udah keluar banyak." Citra memikirkan bagaimana nasib keluarga Bryan yang notabenenya mereka sudah membuat acara semeriah ini, sangat tidak lucu sekali jika nikah dibatalkan akibat sang mempelai wanita kabur, kan?
"Gue juga sampai sekarang enggak tau mau gimana, Cit. Gue bingung mau berbuat apa. Ini semua berjalan cepet banget," sahut Shareen sama-sama bingung.
"Shareen, Citra, itu Mikael kok enggak ada di kamarnya? Dia lagi ada di kamar mandi ya? Acaranya udah mau mulai ini." Suara dari belakang membuat Citra dan Shareen menoleh bersamaan, mereka berdua tak tahu harus menjawab apa. Semuanya terasa sangat kelu sekali, semuanya terasa sangat membingungkan.
"Mikael enggak ada, Tante. Mikael kabur dari pernikahan ini." Tepat di saat Shareen mengucapkan hal tersebut, Bryan berada di belakang Dira, pria tersebut melotot, tak terima dengan apa yang Shareen ucapkan.
"Lo bohong, kan? Prank lo gak lucu sama sekali, Reen. Mikael mana? Hari ini gue sama Mikael mau nikah, gue udah gak sabar nikah sama dia."
Shareen hanya bisa menggeleng saja, ia tak tahu harus bagaimana menjawab Bryan maupun orang lain yang bertanya kepadanya. "Mikael pergi, Bryan. Dia pergi."
Raut wajah tak percaya tentu saja keluar dari wajah pria tampan yang saat ini berstatus sebagai manten, pria tersebut menggeleng tak percaya dengan tubuh merosot ke bawah, air matanya langsung berlinang menghadapi apa yang terjadi. Kenyataan mengapa sepahit ini?
"Bryan ini gimana, dong? Temen-temen tante di bawah itu artis papan atas semua, mau ditaruh mana muka tante pas mereka semua tau kalau calon istri kamu pergi? Tante udah undang para awak media juga." Bukannya memikirkan hati Bryan yang sedang hancur, Dira justru memikirkan bagaimana penilaian orang lain terhadapnya.
Semua diam, tak ada yang menjawab apa pun juga. Mereka tak tahu harus berbuat apa, mereka sama-sama bingung dengan segala hal yang terjadi.
"Bryan, udah ditunggu penghulu sama wali hakim, Mikael mana?" Tepat sudah kebingungan mereka semua saat Arlan dan Dena muncul, mereka bingung bukan main saat putranya menangis dengan tubuh ambruk di lantai. Apa yang terjadi sebenarnya? "Ini Bryan kenapa? Kenapa dia sampai nangis gini? Kamu kenapa, Bryan?"
"Mikael si perempuan lacur itu pergi, Mas. Emang brengsek banget dia, udah diterima baik-baik di keluarga kita malah bikin malu aja. Kalian sih enggak dengerin apa yang Dira omongin, jangan setuju kalau Mikael sama Bryan, gadis itu cuman bisa bikin malu kita aja. Liat kan sekarang apa yang terjadi? Kita yang menanggung malunya."
Mata Dena langsung membelalak saat mendengar apa yang Dira katakan, tangannya mengepal sempurna dengan dada yang bergemuruh hebat. "Bangsat! Cewek lacur itu emang bangsat! Berani sekali dia berbuat semena-mena pada keluarga kita? Pada putraku juga! Sialan emang!"
Shareen dan Citra hanya bisa saling memandang satu sama lain, mereka kaget tentu saja saat keluarga Bryan menghina Mikael. Mikael adalah calon mantu mereka, dan mereka dengan sangat berani menyebut Mikael sebagai lacur? Apakah ada perang di antara keluarga Bryan dengan Mikael sehingga hal tersebut lah yang membuat Mikael kabur dari sini? Jika iya, Shareen yakin seratus persen jika keluarga Bryan lah yang bersalah.
BRUK!!!
Tubuh Dena ambruk, wanita paruh baya itu pingsan dengan keadaan mengenaskan. Pesta acara ini semua sudah mengenaskan juga. Entah mau bagaimana lagi ke depannya.
***
Mata Dena terbuka secara perlahan, tangannya langsung memegang kepala dengan lemas, nampaknya wanita tersebut terasa sangat pusing. Dengan gerakan cepat Shareen mengambilkan air putih yang ada di nakas, ia langsung memberikan air putih tersebut pada Dena yang nampak sedang tidak baik-baik saja.
"Diminum, Tante."
"Makasih, Shareen, kamu emang baik. Kamu enggak kayak lacur itu yang bikin penyakit tante jadi kambuh."
Shareen hanya diam saja, ia tak mungkin membela Mikael karena pada dasarnya Mikael salah di sini. Mikael sudah kabur dan menghancurkan semua acara yang sudah dibuat dengan mewah.
"Maaf, Tante. Apa tante pernah ada masalah sama Mikael sebelumnya? Soalnya terakhir Shareen liat, Mikael kayak banyak pikiran dan banyak masalah gitu. Mungkin kalau ada masalah antara tante dengan Mikael, masalah itulah yang menjadi penyebab kaburnya Mikael." Dengan sangat hati-hati Shareen membuka suara, ia tak boleh hanya berdiam saja tanpa tahu apa alasannya. Ia tak boleh hanya berdiam diri, sedangkan Mikael entah di mana keberadaanya dan bagaimana keadaan wanita tersebut.
"Masalah tante sama Mikael itu enggak ada, cuman yang setelah tunangan itu ada cekcok kecil," balas Dena dengan jujur.
"Oh oke, Tante."
Berarti kemungkinan yang terjadi bukan masalah pada keluarga Bryan tetapi masalah pada diri Mikael sendiri, saat ini yang harus Shareen lakukan adalah mencari tahu apa yang terjadi pada Mikael, alasan apa yang gadis itu miliki sampai kabur di pernikahannya sendiri.
"Shareen, kamu mau menggantikan Mikael untuk menjadi istrinya Bryan?"