Chereads / Pernikahan Darurat / Chapter 27 - 27. Layaknya Keluarga

Chapter 27 - 27. Layaknya Keluarga

Shareen itu merupakan salah satu orang yak tak enakan, ia tak bisa menolak jika diajak, apalagi diajak oleh orang yang lebih tua darinya. Seperti saat ini, Dena mengajak Shareen untuk pergi makan siang bersama dengan Bryan, mau tidak mau gadis dengan kacamata coklat yang bertengger di pangkal hidungnya itu mengiyakan. Tak memiliki jurus untuk menolak, lidahnya akan sangat terasa kelu jika berusaha untuk melakukan hal itu.

Saat ini seperti yang sudah direncanakan, Shareen, Dena, dan Bryan pergi ke restoran bintang lima yang tentunya sangat terkenal sekali di Jakarta. Mereka bertiga sudah memesan makanan masing-masing, saat ini adalah saat di mana mereka menunggu sembari menceritakan banyak hal yang terjadi. Shareen sendiri yang selalu menganggap orang tua dari sahabatnya sama dengan orang tuanya pun sangat mudah beradaptasi dengan Dena dan Bryan. Semua percakapan yang mereka bicarakan tentu saja tak pernah terlewat sama sekali, diselingi dengan tawa riang juga tentunya.

"Kamu kenapa suka pakai kacamata coklat gitu sih, Reen? Kan mata kamu cantik, harusnya kamu bangga sama apa yang kamu punya sekarang, jangan malu apalagi sampai ditutupin gitu dong," kata Dena yang sedang menilai penampilan Shareen. Seketika gadis yang penampilannya sedang dinilai itu langsung menunduk malu dan kicep. Ada kebingungan untuk membalas apa.

Jika alasan mengapa Shareen selalu memakai kacamata berwarna coklat, pastinya karena Shareen nyaman seperti ini. Pastinya juga Shareen merasa minder jika ia lupa tak memakai kacamatanya, ia malu dan selalu insecure dengan wanita cantik yang ia temui di lalu lalang. Menjadi wanita yang tidak seperti pada umumnya tentu saja membuat rasa insecure Shareen meningkat, ia sering kali menangis dengan heterochromia yang dideritanya. Ia juga pastinya akan menangis jika diperlakukan berbeda.

"Bener apa yang diomongin sama mamah loh, Reen. Padahal kamu cantik kalau lepas kacamata kamu. Kamu unik, harusnya kamu bangga sama salah satu kelebihan itu karena enggak semua cewek punya apa yang kamu punya." Kali ini Bryan menimpali apa yang dikatakan oleh Dena. Seolah memberikan pro pada wanita yang sudah melahirkannya itu.

Shareen hanya membalas dengan senyuman kikuk, entahlah. Semua yang ada di kepalanya terasa berat sekali untuk dikatakan dengan lantang. Shareen ingin bersyukur, tetapi di satu sisi pun ia selalu merasa insecure. Ia selalu merasa kurang terhadap apa yang ia miliki, apa yang ia dapat, apa kemampuannya. Shareen salah satu wanita yang perfeksionis, ia selalu ingin apa yang ada di hidupnya sempurna.

"Sayang ... kamu kenapa, hm? Mau cerita sama tante? Ada sesuatu yang mengganjal di hati kamu atau gimana yang mau kamu ceritain?" tanya Dena dengan nada lembut. Tangannya mengusap lembut tangan Shareen yang terasa sangat dingin sekali.

"Ehm ... maaf, Tante. Shareen enggak kenapa-kenapa, kok. Shareen nyaman aja sama style kayak gini karena menurut Shareen semuanya oke. Dulu Shareen pernah dibully sih sampai akhirnya Shareen terpuruk dan merasa insecure banget. Tapi semuanya gak usah dibahas lah, udah masa lalu juga." Dengan menyunggingkan senyumnya secara terpaksa, Shareen berusaha menampilkan jika semuanya baik-baik saja. Ia tidak mau membahas masa lalu yang buruk karena baginya sangat tidak berguna saja.

"Dulu aku juga pernah dibully loh, Reen." Shareen langsung menoleh saat Bryan berkata demikian. Matanya mendelik tanda tak percaya dengan apa yang Bryan katakan. Ya lihat saja, Bryan sudah seperti ini sempurnanya tetap saja dibully? Apakah yang membully jauh lebih baik daripada Bryan? Apakah yang membully sangat sempurna sekali sampai akhirnya mereka melakukan salah satu hal menjijikan seperti itu pada Bryan?

"Iya, dulu Bryan langganan banget dibully sama temen-temen sekolahnya. Enggak ada yang peduli sama apa yang mereka lakukan, padahal kan yang mereka lakukan itu sangat menjijikan ya. Kamu pasti enggak bakalan nyangka kalau Bryan itu dibully karena tante selalu anter jemput dia sampai kelas sepuluh. Bryan dikatain anak mamah, anak manja, sampai banyak lagi lainnya. Mereka semua mungkin udah dibebasin sama orang tuanya, tapi tante belum pernah bebasin Bryan untuk berkendara sendiri karena tante khawatir sama dia. Dan semua temen Bryan anggap itu suatu hal yang aneh, padahal seharusnya benar seperti itu, kan? Orang tua jangan dengan mudahnya melepas anak begitu saja. Lalu, Bryan nangis-nangis ke tante, dia marah ke tante karena udah larang dia segala macem. Tante bahkan sampai membawa masalah ini ke kepala sekolah. Perundungan harus dihapus dari sekolah, enggak boleh ada yang sakit mentalnya karena perundungan."

Baiklah, saat ini Shareen paham jika perundungan memang masih banyak terjadi apalagi di Indonesia yang memiliki standar terhadap banyak hal. Shareen sangat setuju sekali jika perundungan harus dibawa ke pihak yang berwenang. Dampak dari perundungan tentunya sangat banyak sekali, salah satunya terhadap kesehatan mental seseorang. Di mana kesehatan mental adalah salah satu hal yang harus kita jaga, berdampingan dengan kesehatan fisik. Mungkin masyarakat Indonesia tidak terlalu aware atau mungkin masa bodo dengan kesehatan mental. Karena apa? Karena tidak ada yang mengajarkan mereka sejak dini masalah kesehatan mental. Mereka semua tidak dilatih untuk menjaga kesehatan mental.

"Yang sabar ya, Bryan."

Bryan mengangguk tanpa membalas apa pun yang dikatakan oleh Shareen. Pria tampan itu justru memainkan sedotan yang ada pada minumannya, diam dan nampaknya sedang berpikir sesuatu. "Aku harap kamu bisa ketemu sama lelaki yang bisa nerima kamu apa adanya ya, Reen. Kamu itu cantik natural, mata kamu cantik dan tidak pasaran. Jadi kamu jangan pernah merasa insecure, oke?"

"Makasih, Bryan. Kamu juga semoga bahagia sama Mikael ya, jangan lupa bikin dia bahagia karena aku tau gimana menderitanya dia selama ini. Dia udah terlalu lama buat nunggu bahagia sampai akhirnya dia ketemu kamu dan memilih menikah sama kamu. Aku mohon jangan bikin dia menderita ya?" pinta Shareen dengan sangat tulus. Tak perlu ditegaskan lagi jika Shareen adalah tipikal sahabat yang baik dalam semua hal, ketulusannya dalam menjalani hubungan tak perlu diragukan juga.

"Semoga kalian semua bahagia ya anak-anak mamah. Kamu udah tante anggap kayak anak sendiri loh, Reen. Kamu itu anak idaman tante karena mandiri, kamu juga anak idaman tante karena sukses di usia muda."

"Makasih banyak tante atas pujiannya. Shareen juga udah anggap tante kayak ibu sendiri karena tante baik banget dan jadi ibu idaman karena tulus juga. Semoga tante bahagia juga ya," balas Shareen.

Mereka bertiga kembali melanjutkan aktivitasnya, makan siang yang memang baru sampai dan baru dikirimkan oleh pramusaji. Mungkin sebagian orang yang melihat mereka akan menganggap dan mengira jika mereka berdua layaknya keluarga, dekat, rukun, nan harmonis.

"Besok jangan lupa bantu siapin acara nikahan Bryan sama Mikael ya, Reen."