Clarin menjeda ucapannya. Ia menarik napas dalam-dalam dan berusaha meloloskan kata-kata yang dari tadi melilit kerongkongannya.
"Aku nyaman sama kamu. Aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu."
Davit membeku seketika setelah mendengar ucapan dari Clarin, ia tak menyangka jika yang akan diucapkan oleh Clarin tentang perasaannya. Memang tak dapat dipungkiri jika kepedulian Davit membuat Clarin jatuh hati, apalagi notabenenya Clarin jarang diperhatikan sebaik ini.
Namun ... Davit kembali bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ia juga memiliki perasaan yang sama dengan Clarin? Ataukah ia hanya menganggap Clarin sebagai sahabat saja dan tidak lebih daripada itu?
Sejauh ini Davit belum mengerti tentang perasaannya. Ia tak mengerti mengapa sulit sekali memahami perasaannya. Di satu sisi pikiran Davit selalu melayang kepada Clarin.