Ini masih terlalu pagi, pukul setengah empat. Bahkan jatuhnya tengah malam, bukan? Atau menjelang pagi? Entahlah. Clarin terbangun dengan tetesan air keringat yang membasahi pelipisnya, padahal suhu air conditioner di kamar Clarin sangat dingin, dua puluh empat derajat celsius. Suhu normal yang memang biasanya Clarin pasang demikian.
Clarin menghembuskan napasnya berkali-kali, ia menenangkan dirinya sendiri yang sedang terbangun dengan keadaan yang kurang baik. Gadis itu menepis potongan-potongan mimpi yang baru saja ia alami. Mengerikan, di dalam mimpi itu gadis cantik yang tengah memburu napasnya dikejar-kejar oleh sosok bayangan mengerikan, dan Clarin hanya menemukan jalan buntu ketika berlari semakin jauh.