Bara berjalan masuk dengan kaki yang lemas. Dia melihat Vino dengan setia menunggu Ara hingga ketiduran di kursi.
"Semoga gue nggak mengakibatkan sesuatu yang buruk ke lo, Ra. Gue minta maaf atas apa yang udah terjadi." Batin Bara sambil memandang Ara dari jarak agak jauh.
Bara kembali ke sofa kerasnya untuk merebahkan tubuhnya yang lemas.
Di rumah Azka.
Azka masih terjaga. Dia tidak bisa tidur meskipun sudah berbaring di atas ranjang kamarnya yang nyaman. Pikirannya terus tertuju pada Ara. Dia sama sekali tidak bisa tenang mengingat kondisi Ara.
"Ra, lo kenapa sih?" tanya Azka sambil memandangi langit-langit kamarnya yang remang-remang.
"Gue khawatir banget sama lo. Apa bener apa yang dokter katakana, Ra? Tadi dokter bilang kalau mungkin aja lo punya banyak pikiran akhir-akhir ini yang kemungkinan juga bikin lo stress. Lo mikirin apa, Ra? Kenapa lo nggak cerita ke gue kaya biasanya? Kenapa lo pendam semuanya sendirian?" Azka menitihkan air matanya.