Keadaan tidak sesuai dengan keinginan hati. Kesedihan datang disetiap waktu. Pikiran Fania hanya tertuju karna tidak bisa memberikan hak dirinya yang seutuhnya kepada Hanif.
Keinginan Ihwan Hanif bisa dikendalikan. Namun Fania merasa dirinya penuh kekurangan karna tidak bisa melayani suaminya.
Beberapa hari terakhir ini Fania hanya menyendiri, ia mengobati beban fikirannya dengan membaca Alquran.
"Assalamualaikum bidadariku ...." pria satu ini memang sangat romantis, ia membawakan sebatang bunga matahari.
Fania segera menyambutnya. Ia mengecup punggung tangan suaminya dan bergegas meraih tas Hanif.
Hanif memberikan bunga matahari itu. "Jangan diam, matahari akan gelap jika datang waktu malam. Namun bunga ini akan tetap menguning dan dikala waktunya tiba akan mengering. Fania, hai." Hanif menaikan dagu.
"Menikahlah ..." pinta Fania membuat Hanif lemas dan sangat terkejut. Ia tidak percaya istrinya akan mengatakan itu. Fania berjalan cepat dengan deraian air mata.