Mobil berhenti di depan Bandara Ghimpo, Sabrina diam, entahlah bagaimana perasaannya, apa berkecambuk, marah, gelisah atau binggung. Sabrina memalingkan wajah hingga tidak mau melihat ke bandara. Azka keluar mengambil kursi roda, lalu membuka pintu tempat Sabrina duduk.
"Sabrina, ayo." Azka membujuknya.
"Kita bukan muhrim!" Bentak Sabrina sama sekali tidak menghadap Azka. Azka bersikeras ingin membopong Sabrina dengan paksa.
"Jika tidak ada sahwat tidak pa-pa kan?" tanya Azka yang masih membujuk Sanrina.
"Bagaimana tidak ada syahwat, kamu membawaku itu karena nafsu syahwatmu!" tegas Sabrina baru menghadap Azka dengan penuh amarah. Azka sudah memasukkan sebagian badan ke tempat duduk Sabrina. Ia hendak membopong Sabrina yang menghindar.