Chereads / CINTA ITU GILA / Chapter 10 - Rose Black is the Leader of Death Rose

Chapter 10 - Rose Black is the Leader of Death Rose

Mayang sudah sangat cemas mendengar langkah Bian yang mendekatinya dari belakang.

Biantara menyerahkan sebuah note book beserta penanya pada Mayang, "Nona, maafkan aku karena telah membuatmu takut, bisakah aku minta tolong padamu untuk meninggalkan pesan untuk Anak Emas? Aku tidak mau dia kesal dan khawatir karena tidak melihatmu saat dia bangun nanti."

"Hanya itu? Sudah cukup?" Tanya Mayang, Bian mengangguk sedikit.

"Ya Tuhan, kukira hidupku akan tamat olehnya. Benar-benar pria yang tidak bisa diduga, cek!" Mayang berdecak dalam hati sambil menggelengkan kepalanya.

"Apa kau keberatan, Nona?"

"Tidak tidak tidak! Aku bisa menulis tiga ribu kata kalau Tuan mau, hehehe!" Secepat kilat Mayang menyanggahnya.

Setelah Mayang menulis catatan untuk Anak Emas, Mayang pamit undur diri. Secepat kilat ia mengambil langkah seribu untuk segera meninggalkan tempat itu.

Bian terpaku memperhatikan kepergian Mayang, "Apa yang salah denganku? Kenapa aku bisa meluluhkan egoku padanya?" Bathin Bian.

Trian mendekati sang Kakak dengan rasa penasaran, "Kak, apa aku bermimpi, atau kakak yang sedang tidur sambil berjalan? Kamu benar-benar menyukai Mayang? Aku kira kamu tidak akan menyukai perempuan, dan aku sempat berfikir apa yang dikatakan Nona tadi benar, kalau kakak punya masalah orien-"

"Diam!" Satu kata yang keluar dari mulut Bian, langsung menghentikan ocehan adiknya hingga hampir tersedak.

***

Mayang keluar dari gedung rumah sakit itu. Begitu Mayang berdiri di pinggiran jalan, sebuah taksi langsung menghampirinya, dan Mayang langsung masuk ke dalamnya.

"Apa kabar, Bos?" Sapa pemuda yang menjadi supir taxi tersebut.

"Apa laporannya selama aku terkunci di Bar sialan itu?" Tanya Mayang dengan nada santai pada pemuda tersebut.

Kali ini Mayang berubah sikap dari sebelumnya. Kalau sebelum ini sikapnya seperti wanita muda yang ramah dan lembut, dan sekarang perangainya berubah seperti seorang Bos yang tegas.

"Belum ada perintah apapun dari pusat sampai sekarang. Aku dan anak buah yang lain juga sudah mengintai pergerakan kelompok Harpy Eagle, tapi sepertinya mereka masih tenang." Mark menginfokan.

"Mana pakaianku, Mark?" Sela Mayang di tengah laporan Mark, pemuda yang menjadi tangan kanannya itu.

"Itu, di belakang. Di bawah kaki Bos, aku meletakkannya di kotak." Jawab Mark.

"Lanjutkan!" Ucap Mayang, lalu menutup tirai penyekat di mobil tersebut, sambil berpakaian, Mayang mendengarkan laporan Mark.

"Dan anak kecil yang tersekap bersama Bos tadi malam." ucap Mark sejenak.

"Haa, ada apa?" Tanya Mayang singkat.

"Tidak ada apa-apa, Bos. Waktu kami berjaga di sekitar Bar itu, kami melihat anak kecil ada di atap Bar tersebut. Kami tahu itu pasti ulah Bos, jadi aku lompat ke atap dan menurunkan anak itu. Dan setelah itu aku bersembunyi lagi. Kami tidak butuh waktu lama untuk tahu kalau anak itu adalah pewaris keluarga Heldana. Apa Bos tahu?" lanjut Mark dengan pertanyaan di ujungnya.

"Ya, aku baru tahu waktu aku sadar tadi pagi. Perawan tua itu membuatku mabuk, sampai aku tidak bisa menahan tumpukan kursi yang menimpaku. Lihat saja kau perawan tua!" Mayang menggerutu di belakang. "Dan kau tahu, Mark? Hal gila apa yang kutemui pagi ini?" Mark tidak menjawab, namun alisnya terangkat sebelah.

"Biantara Heldana ingin membayar jasaku menolong anaknya dengan tubuhnya. Dasar orang gila!" gerutu Mayang kesal mengingat kejadian tadi.

"Maksud, Bos?" tanya Mark singkat.

"Dia ingin menikahiku, Bodoh! Apa lagi?" Mayang meninggikan suaranya karena kesal.

"Huahahahah!" Mark tertawa terbahak.

"Diamlah!" decak Mayang.

"Iya, Bos. Maaf!" Ucap Mark yang masih tertawa geli.

"Sudahlah, kau hanya menambah kekesalanku saja. Sekarang antarkan aku ke lokasi!" Perintah Mayang pada bawahannya sambil membuka tirai penyekat tadi.

"Lokasi syuting? Apa Bos tidak ingin tidur dulu?" Mark memastikan.

"Aku sudah terlalu banyak tidur tadi malam, sampai kukira aku akan mati! Sudahlah Mark, kenapa kau banyak bicara hari ini? Kau sudah menyikat gigimu hari ini, kan?" Mayang mengalihkan percakapan, sudah malas rasanya membahas si Biantara itu.

Mark langsung meniupkan udara dari mulut ke telapak tangannya, dan langsung ia hirup kembali setelah teguran Bosnya, "Untungnya aku sudah gosok gigi tadi malam. Tapi kenapa masih terasa bau ya, Bos?" ucapnya tanpa merasa bersalah.

"Tadi malam? Dasar! Jangan dekat-dekat aku, aku tidak mau terhirup bau mulutmu!" Mayang menggeleng sambil tersenyum menghadapi bawahan setianya itu.

***

Mark, seorang pemuda keturunan Inggris, yang bekerja sebagai tangan kanan Mayang dalam organisasi mafia dunia hitam yang Mayang pimpin bernama Death Rose, yang berarti Mawar yang bangkit dari kematian.

Sama halnya seperti dirinya yang bangkit dari kematian dan hidup kembali dengan jiwa yang baru setelah diangkat menjadi anak angkat terakhir dari Bos mafia legendaris di Amerika, Black Dragon, lima tahun lalu saat ia melalang buana ke California.

Dalam kurun waktu yang singkat, Mayang dapat menguasai semua latihan fisik dan mental yang sangat berat, yang diperlukan untuk menjadi seorang mafia, apalagi sebagai anak angkat Black Jack, pimpinan organisasi Mafia terkuat di sana.

Pelatihan di hutan Amerika yang liar. Membunuh musuh-musuh organisasi Ayahnya, pertarungan sengit jarak jauh maupun dekat dengan musuh-musuh Asing yang notabene memiliki postur tubuh yang melebihinya, tak membuat tekadnya surut. Bersama Ayah angkat yang menyayangi dan selalu membimbingnya, serta saudara lain yang selalu mendukungnya, Mayang berubah menjadi Rose, si Cantik Hitam yang menusuk.

Black Rose, adalah nama yang diberikan oleh Ayah angkatnya, untuk mengingatkan Mayang betapa hitam dan kelam masa lalunya sebelum perubahan dirinya yang sekarang.

Menjadi pembunuh handal yang tersohor dengan keahlian menembak. Yang ia terima dengan pelatihan yang susah payah. Keringat, darah dan air mata, ia terima dan lalui dengan tekad, dirinya harus berubah menjadi kuat, untuk menindas orang-orang yang menyakitinya dan membuat anaknya terbunuh dengan tragis.

Mayang meminta izin pada ayah angkatnya, untuk mendirikan organisasinya sendiri, seperti saudara angkat lainnya yang sudah lebih dulu menjalankan misi mereka di berbagai negara dengan kelompok mafia yang mereka drikan sendiri.

Death Rose, Mayang dirikan dengan ciri khas yang berbeda dari saudara angkatnya yang lain. Sama-sama menerima misi-misi rahasia, seperti membunuh orang-orang tertentu dengan bayaran tinggi ataupun pemasok senjata illegal antarnegara, namun Mayang mengharamkan kelompoknya menjalankan transaksi jual beli obat-obatan terlarang, walaupun bayarannya sangat menggiurkan.

Dan sekarang, Death Rose sedang dalam misi membunuh Alfred, pemimpin Harpy Eagle yang terkenal dengan kelicikan dan permainan kotor dalam berbisnis. Harpy Eagle yang dipimpin Alfred sudah menguasai bisnis obat-obatan terlarang, senjata illegal, dan juga uang palsu se-Asia. Namun, banyak pihak yang tidak menyukai cara berbisnisnya. Menjadikannya target nomor satu pembunuh bayaran se-Asia.

Sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui, Mayang menjalankan misi sekaligus membalas dendamnya pada Dewina serta orang-orang yang sudah membuatnya menderita dulu. Dan juga menikmati kegemaran hidupnya dengan terus berseni peran.

***

"Sudah sampai, Bos! Nanti aku amankan lokasi tempat Bos syuting. Selamat bersenang-senang, Bos!"

"Bagus! Kalian tetap pantau pergerakan Harpy Eagle, dan tidak usah mengintai Keluarga Heldana, sepertinya mereka tidak berkaitan dengan dunia hitam seperti kita. Lepaskan saja, dan jangan cari gara-gara dengan mereka. Aku tidak suka berhubungan dengan orang-orang kaya seperti mereka."

"Aku berangkat, Mark! Hati-hati!"

"Yes, Boss!"

Mayang melenggangkan kakinya memasuki gedung besar tempatnya mengasah bakat beractingnya, Wing Entertaiment.

Karena kehebohan pagi yang disebabkan Bian, dan juga lalu lintas yang begitu padat di Ibu Kota, membuat Mayang datang terlambat untuk mengikuti casting.

Baru saja Mayang memasuki lobby gedung, terlihat Luna dan Dewina tersenyum lebar dengan dikerumuni banyak wartawan bak gula yang dikelilingi banyak semut. Ucapan selamat untuk Dewina, terdengar berisik di telinga Mayang.

Membuatnya malas memperhatikan kerumunan itu dan langsung melewati mereka dengan langkah cepat. Dewina yang melihat Mayang dari posisinya saat ini, tersenyum mengejek. Sudah seperti seorang Ratu yang memandang pembantunya dari atas singgasana.

"Jangan hiraukan, Mayang! Dia hanya wanita iblis bertopeng bidadari di hadapan banyak orang. Lihat senyumnya, bahkan aku mual melihatnya, hahaha!" Dengan seringai yang tidak kalah provokatif, Mayang membalas senyum hinaan yang Dewina beri untuknya.

Mayang langsung lari ke dalam, belum ia sampai ke aula audisi yang ditetapkan, Mayang sudah melihat kru yang bertugas untuk audisi itu.

"Maaf, saya terlambat!" Mayang menundukkan kepalanya. Melihat Mayang yang menghalangi jalan mereka, mereka hanya bertukar pandang dan saling menggelengkan kepala.

"Tidak ada yang menyukai orang terlambat! Waktu adalah uang!" Ucap salah seorang kru pada Mayang.

Bersambung…